Kamis, 18 Juni 2015

IKHLAS

الحمد لله الحكم العدل اللطيف الخبير ، وأشهد أن لا اله إلا الله وحده لا شريك له ، المنعم على عباده ، ذو المن والطول العظيم ، وأشهد أن محمداً عبده ورسوله ، أرسله الله رحمة للعالمين ، اللهم صل وسلم على عبدك ورسوله محمد ، وعلى آله وصحبه.
        

Sesungguhnya diantara pondasi agama islam yang paling agung adalah merealisasikan ikhlas kepada Allah Ta'ala dalam segala amalan, yaitu engkau tidak mencari saksi dalam perbuatan amalmu kecuali hanya Allah Ta'ala semata, dan tidak mencari balasan kecuali hanya kepada Nya.

Abu Utsman Saiid An-Nisabury berkata, kejujuran suatu keikhlasan adalah melupakan pandangan makhluk dan semata melihat kepada pandangan Allah Ta'ala.

Adapun ikhlas adalah engkau meniatkan dalam hati, perbuatan dan amalmu untuk mencari ridho Allah Ta'ala dan khawatir atas kemurkaan Nya, seolah olah dengan amalmu tersebut Allah Ta'ala melihatmu, sehingga menghilangkan rasa riya' dihatimu, dan ingatlah akan limpahan karunia Allah Ta'ala terhadap dirimu tatkala engkau mampu menyelesaikan amalan tersebut, sehingga menghilangkan rasa ujub dalam hatimu, dan lakukan amalan tersebut dengan kelembutan sehingga tidak terjerumus dalam sikap terburu - buru, sebagaimana telah diingatkan oleh Nabi shallallahu alaihi wa sallam dalam sabdanya,

ما جعل الرفق في شيء إلا زانه  وما نزع في شيء إلا شانه

" Tidaklah suatu kelembutan terdapat dalam sesuatu kecuali ia akan menjadikan nya indah, dan ketika terhalangi dari sesuatu kecuali akan menjadikan nya  keburukan ". ( HR. Muslim )

Sifat terburu - buru merupakan upaya mengikuti hawa nafsu, dan kelemah lembutan adalah upaya untuk mengikuti sunnah.
Jika anda telah menyelesaikan amalan tersebut sepantasnya engkau merasa takut dan khawatir sekiranya amalmu tertolak dan tidak diterima Allah Ta'ala,

وَٱلَّذِينَ يُؤْتُونَ مَآ ءَاتَوا۟ وَّقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ أَنَّهُمْ إِلَىٰ رَبِّهِمْ رَٰجِعُونَ

" Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka," (Q.S.23: Al-Mukminun : 60)

Dengan terpenuhinya empat perkara tersebut diatas, niscaya ia tergolong menjadi seorang yang ikhlas.

Sesungguhnya ikhlas merupakan inti dari ajaran agama islam dan merupakan kunci dakwah dari para Rasul shallallahu alaihi wa sallam.

Allah Ta'ala berfirman,

وَمَآ أُمِرُوٓا۟ إِلَّا لِيَعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ ٱلدِّينَ حُنَفَآءَ وَيُقِيمُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ وَيُؤْتُوا۟ ٱلزَّكَوٰةَ ۚ وَذَٰلِكَ دِينُ ٱلْقَيِّمَةِ

" Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus." (Q.S.98: Al-Bayyinah : 5)

Allah Ta'ala berfirman,

قُلِ ٱللَّهَ أَعْبُدُ مُخْلِصًا لَّهُۥ دِينِى

" Katakanlah: "Hanya Allah saja Yang aku sembah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agamaku". (Q.S.39: Azzumar : 14)

Allah Ta'ala berfirman,

ٱلَّذِى خَلَقَ ٱلْمَوْتَ وَٱلْحَيَوٰةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا ۚ وَهُوَ ٱلْعَزِيزُ ٱلْغَفُورُ

" Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun ". (Q.S.67: Al-Mulk : 2)

Al-Fudhail berkata, maksud dari ayat ini,   أحسن عملا  ،  yaitu,   اخلصه  و ا صوبه ،  yaitu yang paling ikhlas dan benar, dikarenakan suatu amalan jika ia ikhlas akan tetapi tidak benar sesuai sunnah, maka tidak akan diterima. Dan suatu amalan jika ia benar sesuai sunnah akan tetapi tidak ikhlas, tidak akan diterima, sehingga menjadi amal yang ikhlas dan benar sesuai sunnah. Ikhlas adalah jika diniatkan hanya karena Allah Ta'ala, dan benar adalah jika sesuai dengan sunnah Nabi shallallahu alaihi wa sallam.

Allah Ta'ala berfirman,

۞ شَرَعَ لَكُم مِّنَ ٱلدِّينِ مَا وَصَّىٰ بِهِۦ نُوحًا وَٱلَّذِىٓ أَوْحَيْنَآ إِلَيْكَ وَمَا وَصَّيْنَا بِهِۦٓ إِبْرَٰهِيمَ وَمُوسَىٰ وَعِيسَىٰٓ ۖ أَنْ أَقِيمُوا۟ ٱلدِّينَ وَلَا تَتَفَرَّقُوا۟ فِيهِ ۚ كَبُرَ عَلَى ٱلْمُشْرِكِينَ مَا تَدْعُوهُمْ إِلَيْهِ ۚ ٱللَّهُ يَجْتَبِىٓ إِلَيْهِ مَن يَشَآءُ وَيَهْدِىٓ إِلَيْهِ مَن يُنِيبُ

" Dia telah mensyari'atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang kembali (kepada-Nya)." (Q.S.42: Asy-Syura : 13)

Abul A'liyah berkata, " Didalam ayat ini, kita diperintahkan untuk berbuat ikhlas dalam beribadah kepada Allah Ta'ala, dan ikhlas merupakan amalan hati yang paling agung.

Imam Ibnul Qoyyim berkata, " Barangsiapa yang merenungkan syariat maka ia akan memahami bahwasanya terdapat hubungan erat antara amalan lahiriah dan hati, dan amalan lahiriah tidak memiliki nilai jika tanpa amalan hati (niat), dan bahwasanya amalan hati lebih jeli,  pelik dan mendasar dari amalan lahiriah, bukankah terbedakan nya seorang mukmin dengan munafik melainkan dari amalan hatinya. ? ....

Beliu berkata pula, " Sekiranya ilmu bermanfaat jika tanpa amalan, maka tidaklah Allah Ta'ala mencela para pendeta ahli kitab, dan sekitarnya amalan bermanfaat tanpa niat dan amalan hati, tidaklah Allah Ta'ala mencela orang orang-orang munafikin".

Ikhlas merupakan salah satu syarat untuk diterimanya suatu amalan, dikarenakan syarat diterimanya amal ada dua perkara, pertama, hendaklah amalan tersebut sesuai syariat yang terdapat dalam Al-Qur'an dan  As-Sunnah Nabi shallallahu alaihi wa sallam .

Diriwayatkan oleh Ummul Mukminin A'isyah radhiyallahu anhuma, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,  

من أحدث في أمرنا هذا ما ليس منه فهو رد

" Barangsiapa yang mengada-adakan suatu amalan yang bukan dari perintah kami, maka ia tertolak ". ( HR Al-Bukhary )

Yang kedua, hendaknya amalan tersebut ikhlas mencari wajah Allah Ta'ala, sebagaimana diriwayatkan ,

عَنْ أَمِيْرِ الْمُؤْمِنِيْنَ أَبِيْ حَفْصٍ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَقُوْلُ: إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى. فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُهَا أَوْ امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ.

Dari Amirul Mu’minin, Abi Hafs Umar bin Al Khattab radhiallahuanhu, dia berkata, "Saya mendengar Rasulullah shallahu`alaihi wa sallam bersabda: Sesungguhnya setiap perbuatan tergantung niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena (ingin mendapatkan keridhaan) Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya. Dan siapa yang hijrahnya karena menginginkan kehidupan yang layak di dunia atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya (akan bernilai sebagaimana) yang dia niatkan. ( HR Al-Bukhary dan Muslim )

Allah Ta'ala berfirman,

قُلْ إِنَّمَآ أَنَا۠ بَشَرٌ مِّثْلُكُمْ يُوحَىٰٓ إِلَىَّ أَنَّمَآ إِلَٰهُكُمْ إِلَٰهٌ وَٰحِدٌ ۖ فَمَن كَانَ يَرْجُوا۟ لِقَآءَ رَبِّهِۦ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَٰلِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِۦٓ أَحَدًۢا

" Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa". Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya". (Q.S.18: Al-Kahfi :110)

Ikhlas merupakan kunci terkabulkanya do'a, sebagaimana Allah Ta'ala berfirman,

فَٱدْعُوا۟ ٱللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ ٱلدِّينَ وَلَوْ كَرِهَ ٱلْكَٰفِرُونَ

" Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ibadat kepada-Nya, meskipun orang-orang kafir tidak menyukai(nya). (Q.S.40: Ghaafir :14)

Tatkala ikhlas telah lenyap dari amalan seorang hamba , akan mendatangkan bahaya yang amat dahsyat, sebagaimana telah diriwayatkan,

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ  قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ يَقُوْلُ : إِنَّ اَوَّلَ النَّاسِ يُقْضَى يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَيْهِ رَجُلٌ اسْتُشْهِدَ فَأُتِيَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَعَهَا, قَالَ: فَمَا عَمِلْتَ فِيْهَا؟ قَالَ: قَاتَلْتُ فِيْكَ حَتَّى اسْتُشْهِدْتُ قَالَ: كَذَبْتَ وَلَكِنَّكَ قَاتَلْتَ ِلأَنْ يُقَالَ جَرِيْءٌ, فَقَدْ قِيْلَ ، ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ حَتَّى اُلْقِيَ فيِ النَّارِ, وَرَجُلٌ تَعَلَّمَ الْعِلْمَ وَعَلَّمَهُ وَقَرَأََ اْلقُرْآنَ فَأُُتِيَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَعَهَا, قَالَ: فَمَا عَمِلْتَ فِيْهَا؟ قَالَ: تَعَلَّمْتُ الْعِلْمَ وَعَلَّمْتُهُ وَقَرَأْتُ فِيْكَ اْلقُرْآنَ, قَالَ:كَذَبْتَ, وَلَكِنَّكَ تَعَلَّمْتَ الْعِلْمَ لِيُقَالَ: عَالِمٌ وَقَرَأْتَ اْلقُرْآنَ لِيُقَالَ هُوَ قَارِىءٌٌ ، فَقَدْ قِيْلَ ، ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ حَتَّى اُلْقِيَ فيِ النَّارِ, وَرَجُلٌ وَسَّعَ اللهُ عَلَيْهِ وَاَعْطَاهُ مِنْ اَصْْنَافِ الْمَالِ كُلِّهِ فَأُتِيَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَهَا, قَالَ: فَمَا عَمِلْتَ فِيْهَا؟ قَالَ: مَاتَرَكْتُ مِنْ سَبِيْلٍ تُحِبُّ أَنْ يُنْفَقَ فِيْهَا إِلاَّ أَنْفَقْتُ فِيْهَا لَكَ, قَالَ: كَذَبْتَ ، وَلَكِنَّكَ فَعَلْتَ لِيُقَالَ هُوَ جَوَادٌ فَقَدْ قِيْلَ, ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ ثُمَّ أُلْقِيَ فِي النَّارِ. رواه مسلم (1905) وغيره

Dari Abi Hurairah Radhiyallahu 'anhu, ia berkata, aku mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : “Sesungguhnya manusia pertama yang diadili pada hari kiamat adalah orang yang mati syahid di jalan Allah. Dia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatan (yang diberikan di dunia), lalu ia pun mengenalinya. Allah bertanya kepadanya : 'Amal apakah yang engkau lakukan dengan nikmat-nikmat itu?' Ia menjawab : 'Aku berperang semata-mata karena Engkau sehingga aku mati syahid.' Allah berfirman : 'Engkau dusta! Engkau berperang supaya dikatakan seorang yang gagah berani. Memang demikianlah yang telah dikatakan (tentang dirimu).' Kemudian diperintahkan (malaikat) agar menyeret orang itu atas mukanya (tertelungkup), lalu dilemparkan ke dalam neraka. Berikutnya orang (yang diadili) adalah seorang yang menuntut ilmu dan mengajarkannya serta membaca al Qur`an. Ia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatannya, maka ia pun mengakuinya. Kemudian Allah menanyakannya: 'Amal apakah yang telah engkau lakukan dengan kenikmatan-kenikmatan itu?' Ia menjawab: 'Aku menuntut ilmu dan mengajarkannya, serta aku membaca al Qur`an hanyalah karena engkau.' Allah berkata : 'Engkau dusta! Engkau menuntut ilmu agar dikatakan seorang ‘alim (yang berilmu) dan engkau membaca al Qur`an supaya dikatakan (sebagai) seorang qari' (pembaca al Qur`an yang baik). Memang begitulah yang dikatakan (tentang dirimu).' Kemudian diperintahkan (malaikat) agar menyeret atas mukanya dan melemparkannya ke dalam neraka. Berikutnya (yang diadili) adalah orang yang diberikan kelapangan rezeki dan berbagai macam harta benda. Ia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatannya, maka ia pun mengenalinya (mengakuinya). Allah bertanya : 'Apa yang engkau telah lakukan dengan nikmat-nikmat itu?' Dia menjawab : 'Aku tidak pernah meninggalkan shadaqah dan infaq pada jalan yang Engkau cintai, melainkan pasti aku melakukannya semata-mata karena Engkau.' Allah berfirman : 'Engkau dusta! Engkau berbuat yang demikian itu supaya dikatakan seorang dermawan (murah hati) dan memang begitulah yang dikatakan (tentang dirimu).' Kemudian diperintahkan (malaikat) agar menyeretnya atas mukanya dan melemparkannya ke dalam neraka.’”

Tatkala Sahabat Muawiyah radhiyallahu anhuma mendengar hadist ini maka beliau menangis dan membaca firman Allah Ta'ala, 

مَن كَانَ يُرِيدُ ٱلْحَيَوٰةَ ٱلدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَٰلَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لَا يُبْخَسُونَ ﴿١٥﴾

أُو۟لَٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِى ٱلْءَاخِرَةِ إِلَّا ٱلنَّارُ ۖ وَحَبِطَ مَا صَنَعُوا۟ فِيهَا وَبَٰطِلٌ مَّا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ ﴿١٦﴾

"Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan."
"Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan." (Q.S.11: Huud : 16)

Diriwayatkan oleh imam Al-Bukhary dan Muslim dari sahabat Abi Musa Al-Asy'Ary radhiyallahu anhu berkata, seseorang bertanya kepada Rosulillah shallallahu alaihi wa sallam tentang orang yang berperang untuk mencari harta rampasan perang, atau orang yang berperang agar dikatakan gagah berani, atau orang yang berperang agar dilihat kedudukannya, siapakah diantara orang tersebut yang berada di jalan Allah? , maka Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda," 
من قاتل لتكون كلمة الله هي العليا فهو في سبيل الله

" Barangsiapa yang berperang agar kalimat Allah tegak dan kokoh, maka ia di jalan Allah ".

Dikatakan kepada Sahl Al-Tustury , amalan apakah yang terasa sangat berat bagimu? , maka dijawab, "  Ikhlas ".

Sufyan At-Tsaury berkata, " Tidaklah suatu perkara yang paling sulit untuk dikendalikan dari para urusan niat, sesungguhnya hati manusia berbolak - balik  ".

Sulaiman Ad-Dha'rany berkata, "  Jika seseorang mampu berbuat ikhlas, sungguh ia akan mudah menanggulangi riya ' dan wiswas ".

Tidak ada komentar:

Posting Komentar