Rabu, 19 November 2025

SALĀMATUL ṢADR – HATI YANG BERSIH


 “Salāmatul Ṣadr – Hati yang Bersih”

Maher bin Hamad Al-Mu’aiqily

Khutbah Pertama

Segala puji bagi Allah, kita memuji-Nya, memohon pertolongan dan ampunan-Nya. Kita beriman kepada-Nya dan bertawakal kepada-Nya. Kita memuji-Nya dengan segala kebaikan, kita bersyukur kepada-Nya dan tidak mengingkari-Nya. Kita tinggalkan dan lepaskan siapa yang durhaka kepada-Nya. Hanya kepada-Nya kita beribadah, kepada-Nya kita salat dan sujud, kepada-Nya kita berusaha dan bersegera. Kita mengharap rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya; sungguh azab-Nya yang keras pasti menimpa orang-orang kafir.

Aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang benar selain Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya, orang pilihan dan kekasih-Nya. Beliau telah menyampaikan risalah, menunaikan amanah, menasihati umat, berjuang di jalan Allah dengan sebenar-benarnya hingga ajal menjemputnya. Semoga salawat dan salam tercurah kepada beliau, keluarga, sahabat, tabi‘in, dan semua yang mengikuti mereka dengan ihsan hingga hari kiamat.

Amma ba‘du, wahai kaum mukminin:
Aku wasiatkan diri dan kalian untuk bertakwa kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Itulah wasiat Allah untuk umat terdahulu dan umat ini:
“Dan sungguh Kami telah mewasiatkan kepada orang yang diberi kitab sebelum kalian dan kepada kalian: Bertakwalah kepada Allah.” (An-Nisā’: 131)

Wahai umat Islam…

Kini bulan Sya‘ban telah mencapai pertengahannya, hari dan malamnya hampir berlalu, dan tersisa hanya sedikit. Tetapi sebagian orang — semoga Allah memberi hidayah kepada kita dan mereka — masih dalam keadaan saling bermusuhan dan saling menyakiti. Padahal Nabi ﷺ bersabda:

“Sesungguhnya Allah melihat kepada seluruh makhluk-Nya pada malam Nishfu Sya‘ban, lalu mengampuni seluruh penghuni bumi, kecuali orang musyrik dan orang yang bermusuhan.”
(HR. Ibnu Mājah)

Dalam hadits itu, Nabi tidak menyebutkan puasa atau salat khusus. Beliau justru mengingatkan umatnya tentang satu hal besar menjelang datangnya bulan suci: bersihnya hati dan lurusnya tauhid. Ketika pertengahan Sya‘ban berlalu, itu menjadi isyarat masuknya bulan berikutnya. Maka siapa yang memurnikan tauhid dan membersihkan hatinya, ia berhak mendapatkan rahmat dan ampunan Rabbnya.

Hakikat “Hati yang Selamat”

Hati yang selamat, wahai hamba-hamba Allah, adalah hati yang bersih dari:

  • syubhat yang menolak berita Allah,
  • syahwat yang menjauhkan dari perintah-Nya.

Ibnu Qayyim berkata:

“Seseorang tidak akan sempurna hatinya hingga bersih dari lima perkara: syirik yang merusak tauhid; bid‘ah yang menyelisihi sunnah; syahwat yang menentang perintah; kelalaian yang memadamkan zikir; dan hawa nafsu yang menafikan ikhlas dan ketulusan.”

Hati yang selamat adalah hati yang dipenuhi iman dan takwa sehingga melimpahkan kebaikan, akhlak mulia, dan cinta kebaikan bagi orang lain.

Contoh Tertinggi Hati Bersih: Para Nabi

Manusia paling bersih dada dan paling murni hati adalah para nabi dan rasul. Mereka mengorbankan jiwa untuk kebaikan kaumnya.

Lihatlah bagaimana Nabi Yusuf ‘alayhis-salām, setelah saudara-saudaranya melakukan kejahatan kepadanya, ketika ia telah mampu membalas, ia berkata:

“Pada hari ini tidak ada cela bagi kalian. Semoga Allah mengampuni kalian, Dia adalah Yang Maha Penyayang.” (Yūsuf: 92)

Nabi Muhammad ﷺ: Manusia Paling Lapang Dada

Allah menganugerahkan kepada Nabi ﷺ:

  • kelapangan dada,
  • kebersihan hati,
  • kemurnian jiwa.

Beliau disakiti dengan cara paling keras dalam dakwah, namun tetap paling lapang dada dan paling pemaaf.

Dalam hadits sahih dari Abdullah bin Mas‘ud radhiyallahu ‘anhu:

Nabi ﷺ mengisahkan seorang nabi yang dipukuli kaumnya hingga berdarah, lalu ia mengusap darah dari wajahnya sambil berkata:
“Ya Allah, ampunilah kaumku, sesungguhnya mereka tidak mengetahui.”

Para Sahabat: Generasi Paling Bersih Hatinya Setelah Para Nabi

Allah menggambarkan mereka:

“Dan mereka (Anshar) tidak merasa keberatan dalam hati terhadap apa yang diberikan kepada (Muhajirin), dan mereka mengutamakan saudaranya atas diri mereka sendiri walaupun mereka dalam kesusahan.” (Al-Ḥasyr: 9)

Dalam perang Uhud, Nabi ﷺ menawarkan pedang dan bersabda:

“Siapa yang mengambil pedang ini dengan haknya?”

Akhirnya Abu Dujanah berkata:
“Aku akan mengambilnya dengan haknya.”
Dan dengan pedang itu ia membelah kepala musyrikin.

Keutamaan Abu Dujanah Ketika Wafat

Ketika menjelang wafat, wajah Abu Dujanah berseri. Ketika ditanya, ia berkata:

“Dua amalan yang paling membuatku yakin: aku tidak berbicara tentang hal yang tidak penting, dan hatiku selalu bersih terhadap kaum muslimin.”

Salaf: Melembutkan Hati Walau Disakiti

Imam Ahmad — ketika teringat siksaan Khalifah al-Mu‘taṣim — membaca ayat:

“Balasan kejahatan adalah kejahatan semisalnya. Namun siapa yang memaafkan dan memperbaiki, maka pahalanya di sisi Allah.” (Asy-Syūrā: 40)

Ia sujud dan memaafkannya, lalu berkata:

“Apa gunanya saudaramu disiksa karenamu? Maafkanlah dan Allah akan memaafkanmu.”

Ibnul Qayyim berkata tentang Ibnu Taimiyah:

“Aku tidak melihat seseorang yang lebih sempurna sifat pemaaf dan bersih hati darinya.”

Ketika musuh besarnya meninggal, ada murid yang memberi kabar, namun Ibnu Taimiyah berkata:

“Apakah engkau mengabariku kematian seorang muslim?”
Lalu beliau pergi menghibur keluarga musuhnya.

Syariat: Menjaga Kebersihan Hati dan Persatuan

Nabi ﷺ bersabda dalam salat:

“Luruskan barisan kalian, atau Allah akan menyelisihkan wajah dan hati kalian.”

Imam Nawawi menjelaskan: maksudnya Allah akan menimpakan permusuhan dan perpecahan.

Dalam Shahih Muslim:

“Tidak boleh seseorang membeli atas tawaran saudaranya, tidak boleh meminang atas pinangan saudaranya…”

Ini semua demi menjaga bersihnya hati.

Bahkan pada hari Senin dan Kamis — hari dibukanya pintu surga — ampunan ditangguhkan bagi dua orang yang saling bermusuhan hingga mereka berdamai.

Kisah Lelaki Ahli Surga

Nabi ﷺ bersabda:

“Akan muncul seorang lelaki dari ahli surga.”

Tiga hari berturut-turut muncul seorang Anshar dengan jenggot basah bekas wudhu. Abdullah bin ‘Amr bermalam di rumahnya tiga hari untuk mengetahui amalannya, namun tidak mendapati ibadah yang menonjol.

Akhirnya lelaki itu berkata:

“Tidak ada amalan lebih dari yang engkau lihat, kecuali aku tidak pernah menyimpan rasa dengki atau menipu seorang muslim pun, dan aku tidak iri atas nikmat yang Allah berikan kepada mereka.”

Abdullah berkata:
“Inilah yang membuatmu sampai pada derajat itu — dan kami tidak mampu.”

Derajat Tertinggi: Hati yang Bersih

Ketika Nabi ﷺ ditanya: “Siapa manusia terbaik?”
Beliau menjawab:

“Setiap orang yang hatinya bersih dan lisannya jujur.”

Apa yang dimaksud hati bersih?
Beliau menjelaskan:

“Orang yang bertakwa, suci, tidak berbuat dosa, tidak menzalimi, tidak menyimpan dendam, dan tidak iri.”
(HR. Ibnu Mājah)

Itulah kenikmatan bagi penghuni surga:

“Kami cabut segala penyakit hati dari dada mereka, dan mereka saling berhadapan di atas dipan.” (Al-Ḥijr: 47)

Teladan Salaf dalam Kehidupan Sehari-hari

Imam asy-Syafi‘i pernah berselisih dalam sebuah masalah, lalu ia berkata:

“Bukankah kita bisa tetap menjadi saudara meski tidak sepakat dalam satu masalah?”

Seorang lelaki berkata kepada Ibnus-Simāk:
“Besok kita bertemu untuk saling menegur dan mengoreksi.”
Ibnus-Simāk menjawab:
“Tidak. Besok kita bertemu untuk saling memaafkan.”

Kebutuhan Kita Akan Hati yang Bersih

Tidak ada yang lebih menenangkan hidup dan menghilangkan kesedihan daripada hati yang selamat.
Imam Ahmad berkata:

“Keselamatan itu sepuluh bagian, semuanya berada dalam ‘toleransi dan pura-pura tidak tahu (tahāful).’”

Akhirnya, tiada keselamatan pada hari kiamat kecuali dengan hati yang selamat:

“Hari ketika harta dan anak tidak berguna kecuali bagi yang datang kepada Allah dengan hati yang selamat.”

Khutbah Kedua

Segala puji bagi Allah… (sebagaimana dalam teks Arab).

Wahai kaum mukminin, sifat salāmatul ṣadr adalah akhlak agung dari kebaikan. Terlebih menjelang bulan puasa, karena Nabi ﷺ bersabda bahwa puasa menghilangkan kotoran hati.

Dalam hadits Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu:

“Puasa Ramadhan dan tiga hari setiap bulan adalah puasa sepanjang masa, dan menghilangkan penyakit hati.”
Ia bertanya: “Apa penyakit hati?”
Nabi ﷺ menjawab:
“Bisikan dan godaan setan.”

Sarana Mendapatkan Hati yang Bersih

  1. Ikhlas kepada Allah.
  2. Taat kepada penguasa.
  3. Berpegang pada jamaah kaum muslimin.

Dalam Musnad Ahmad:

“Tiga hal yang tidak membuat hati seorang mukmin menyimpang: ikhlas dalam amal, nasihat kepada penguasa, dan berpegang kepada jamaah.”

  1. Membaca Al-Qur’an, menghafal, mempelajari, dan mentadabburinya.

Allah berfirman:

“Telah datang kepadamu nasihat dari Rabbmu, penyembuh bagi penyakit hati, petunjuk dan rahmat bagi orang beriman.” (Yūnus: 57)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar