Senin, 29 Juli 2013

SAHUR DAN BERBUKA

Banyak dijumpai dalil dari Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam berkenaan dengan bersegera dalam berbuka dan mengakhirkan sahur, baik diperintah secara langsung, atau dengan menjelaskan keutamaannya, dengan menjelaskan akan hikmahnya, atau dengan larangan tatkala meninggalkannya. Hal ini menunjukkan akan pentingnya sebagaimana yang tercantum dalam Shohihain bahwa
Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Apabila malam datang dari sini dan siang pergi dari sana dan telah tengelam matahari maka sungguh datang waktu berbuka". (HR.Bukhary dan Muslim).

Dari sahabat Anas bahwa Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam berbuka dengan beberapa ruthob sebelum melaksanakan sholat, jika tidak menjumpai ruthob maka dengan kurma, dan jika tidak ada kurma maka dengan beberapa teguk air". (HR.Abu Dawud dan Tirmidzy). Tetap dari Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam bahwa beliau tidak mengerjakan sholat Maghrib hingga berbuka puasa, walaupun dengan beberapa teguk air minum. (HR Hakim).
Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Senantiasa umat ini berada dalam kebaikan selagi mendahulukan berbuka puasa". (HR Ahmad).

Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Hendaknya kalian memakan makanan sahur, karena sahur adalah makanan barokah". (HR.Nasa'i dan Ahmad). Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Janganlah kalian meninggalkannya walau hanya beberapa teguk air, sesungguhnya Allah dan malaikat-Nya mendoakan orang yang bersahur". (HR.Ahmad). Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda ," Barangsiapa hendak berpuasa maka sahurlah dengan sesuatu". (HR.Ahmad). Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Tiga perangai dari akhlak Mubuwah, bersegera dalam berbuka, mengakhirkan sahur, dan meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri tatkala sholat". (HR Thobrony).

Hadist-hadist di atas menunjukkan atas pentingnya perkara tersebut, dan cukup bermutaba'ah kepada Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam dan menjalankan perintahnya sebagai hikmah yang besar dan agung yang mampu mendekatkan diri kepada Allah Ta'ala dan memperolh keridhoan-Nya. Allah Ta'ala berfirman dalam hadist Qudsy, "Yang paling Aku cintai dari para hamba-Ku adalah orang yg paling bersegera dalam berbuka puasa". (HR.Tirmidzy).

Makan sahur merupakan makanan yang barokah dan mendatangkan keberkahan. Dan keberkahan ini datang dari berbagai sisi: barokah di dalam makanan, barokah di dalam perbuatan, barokah pada waktunya. Barokah artinya turun kebaikan dan keutamaan Ilahy pada sesuatu, yang akan menjadi bertambah, bermanfaat dan berpahala besar padanya.

Meski demikian banyak manusia yang tidak faham akan perkara ini lantaran kejahilan, atau lebih mendahulukan perkara yang tidak penting atasnya, seperti mendahulukan tidur lantaran sebelumnya begadang -wal 'iyadubillah- terlebih begadang dalam urusan yang haram, kita berlindung kepada Allah dari seperti ini.

Waktu sahur adalah waktu barokah dan waktu yang paling afdhol dan utama, yang mana Allah memberikan pujian bagi yang beristigfar di waktu itu dan di waktu itu pula Allah Ta'ala turun ke langit dunia untuk menerima ampunan bagi yang meminta ampun, mengijabahi doa bagi yang berdoa, memberi pahala bagi yang sedang beribadah. Bagaimana seorang hamba mengharamkan atas dirinya di waktu mulia seperti ini?! Terlebih di bulan puasa bulan pembebasan dari api neraka!! Tatkala hamba menjaga waktu mulia ini, berarti ia menjaga kemuliyaan atas umat manusia, karena ini sebabnya. Disamping itu ia menjaga kekuatan jasad, dan mengusir kemalasan.

Perbedaan umat ini dengan umat sebelumnya dari yahudi dan nasrani adalah dengan menjalankan sahur. Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Perbedaan puasa kita dan puasa ahlul kitab adalah makan sahur". (HR.Muslim). Berkata Syaikhul Islam tentang hadist ini, "Ini merupakan dalil bahwa agama ini akan jaya dengan menyegerakan berbuka dalam rangka menyelisihi yahudi dan nasrani, karena menyelisihi mereka adalah sebab jayanya agama, maka sungguh hal ini seperti maksud dari diutusnya Rosul, yaitu agar agama ini jaya diatas agama lain nya. Maka bisa disimpulkan bahwa menyelisihi mereka merupakan maksud terbesar dari pengutusan Rasul".

Semoga Allah Ta'ala menetapkan hati kita di atas agama, dan kita diberi taufiq untuk mengikuti syariat-Nya. Dan semoga kita terhindar dari akhlak yang buruk dan dari hawa nafsu dan segala penyakit hati.

- disarikan dari tulisan Syaikh Abdorrozaq hafidzahullah di www.al-badr.net -

Tidak ada komentar:

Posting Komentar