SHOLAT TARAWIH DAN KEUTAMAAN MEMBACA AL-QUR'AN
Segala puji bagi Allah yang telah menjadikan malam sebagai tempat beristirahat, menjadikannya sebagai malam yang penuh keberkahan, serta memperingatkan jiwa agar tidak lalai darinya.
Allah telah menjadikan akibat dari dosa sebagai kegelapan yang mengarah kepada negeri kehancuran abadi dan azab yang menyala-nyala. Dan Allah telah menyiapkan bagi penduduk negeri yang tinggi (surga) berbagai keutamaan dan rahmat-Nya.
Allah telah menetapkan keutamaan bagi waktu-waktu ibadah, dan menjadikannya sebagai penyempurna peribadatan, penyuci dari berbagai dosa.
Maka celakalah bagi orang yang meremehkan haknya, dan rugilah orang yang tidak memperoleh bagian dari amalnya. Betapa buruknya keadaan orang yang kehilangan malam-malam tersebut karena kelalaiannya, dan betapa malangnya orang yang berpaling darinya. Allah yang Maha Tinggi kekal dalam keagungan-Nya, berkuasa atas segala sesuatu, mendengar segala suara, luas ilmu-Nya meliputi segala sesuatu, serta meliputi seluruh makhluk-Nya dengan ilmu-Nya. Allah telah mengetahui segala yang tersembunyi dan yang tampak, dan telah mendengar semua bisikan. Luaslah pendengaran-Nya terhadap segala suara dan tidak ada sesuatu pun yang samar bagi-Nya.
Maka janganlah engkau bertanya tentang perbedaan bahasa, karena segala sesuatu bagi-Nya itu sama. Setiap yang kecil bagi-Nya adalah besar, dan setiap yang besar bagi-Nya adalah kecil. Setiap yang jauh bagi-Nya itu dekat, dan setiap yang dekat bagi-Nya itu jauh. Segala urusan berada dalam kekuasaan-Nya, dan segala perkara kembali kepada-Nya. Dialah yang mengetahui segala sesuatu, yang menetapkan hukum, yang memberi keputusan, serta yang paling berhak untuk ditaati.
Dialah yang mengganti keburukan dengan kebaikan bagi hamba-hamba-Nya, serta mengampuni kesalahan-kesalahan mereka.
Maha Suci Allah yang ketika firman-Nya menyentuh hati hamba-hamba-Nya, mereka pun merasakan keagungan-Nya, tunduk kepada perintah-Nya, dan bertakwa kepada-Nya.
Allah telah menyucikan hati mereka, meneguhkan amal mereka, menempatkan mereka dalam kemuliaan-Nya, serta menolong mereka dalam berbagai keadaan.
Allah telah membimbing mereka dalam menaati-Nya, serta memberi petunjuk kepada mereka dari jalan yang tersesat.
Maka betapa meruginya orang yang mendengar seruan ini tetapi tetap dalam kesesatan, serta betapa celakanya orang yang tetap dalam kemaksiatan meskipun telah diingatkan.
Aku memuji Allah dengan pujian yang banyak, dan aku bersyukur kepada-Nya atas berbagai nikmat yang terus mengalir.
Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, satu-satunya yang berhak disembah, tidak ada sekutu bagi-Nya, dan tidak ada yang setara dengan-Nya dalam keagungan dan ketuhanan-Nya.
Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, yang merupakan penghulu para nabi, pemimpin para rasul, dan pemegang panji kemuliaan di hari kiamat.
Semoga Allah melimpahkan salawat kepada beliau, keluarganya, para sahabatnya, serta seluruh pengikutnya yang menempuh jalan petunjuk hingga hari pembalasan.
Dan pintu-Nya terbuka bagi orang-orang yang mengharapkan kebaikan.
Pujian bagi Allah, Dzat yang mengajarkan ilmu kepada para ulama, menjadikan mereka memahami, dan menjadikan mereka lebih tinggi dan lebih utama.
Dialah yang berfirman:
"Allah akan mengangkat orang-orang yang beriman di antara kalian dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat."
Maha Suci Dzat yang menorehkan cahaya petunjuk dalam hati para kekasih-Nya, menyinari jalan mereka dengan wahyu-Nya, meninggikan derajat mereka, dan menjauhkan mereka dari segala keburukan serta menjadikan mereka berbeda dari orang-orang bodoh yang lalai.
Betapa meruginya orang yang tidak mendapatkan anugerah-Nya yang agung ini! Betapa celakanya orang yang berpaling dari nikmat yang mulia ini!
Segala puji bagi-Nya atas nikmat yang berlimpah, dan syukur kepada-Nya atas karunia yang terus mengalir.
Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, Yang Esa, tiada sekutu bagi-Nya, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya.
Dialah yang diutus sebagai cahaya bagi manusia, petunjuk bagi orang-orang yang datang kemudian dan terdahulu, serta pemimpin menuju kebaikan.
Allah berfirman:
"Dan tidaklah Kami menurunkan Al-Qur'an ini kepadamu agar kamu menjadi susah."
Dari Aisyah radhiyallahu 'anha, ia berkata:
"Janganlah kalian meninggalkan shalat malam, karena Rasulullah ﷺ tidak pernah meninggalkannya. Jika beliau sakit atau lelah, beliau mengerjakannya dengan duduk."
Juga dari Aisyah radhiyallahu 'anha, bahwa Rasulullah ﷺ suatu malam keluar ke masjid dan mengerjakan shalat. Orang-orang pun berkumpul dan ikut shalat bersamanya.Kemudian orang-orang berkumpul semakin banyak pada malam ketiga, lalu Rasulullah ﷺ keluar dan mereka melaksanakan shalat bersamanya. Maka semakin banyak orang yang berkumpul pada malam keempat, namun Rasulullah ﷺ tidak keluar kepada mereka. Ketika beliau keluar untuk shalat subuh, beliau bersabda:
"Sesungguhnya aku telah mengetahui keadaan kalian tadi malam, tetapi aku khawatir shalat ini akan diwajibkan atas kalian, sehingga kalian tidak mampu melaksanakannya."
Dan Rasulullah ﷺ biasa bersabda:
"Barang siapa yang mendirikan shalat di bulan Ramadan dengan iman dan mengharapkan pahala, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu."
Perkara ini tetap seperti itu sampai pada masa kekhalifahan Abu Bakar dan awal kekhalifahan Umar bin Khattab.
Dari Abdurrahman bin Abdul Qari:
"Pada suatu malam di bulan Ramadan, aku pergi ke masjid bersama Umar bin Khattab. Kami melihat orang-orang terpisah-pisah; ada yang shalat sendirian, dan ada yang shalat dengan beberapa orang yang mengikuti shalatnya. Lalu Umar berkata, 'Aku melihat bahwa jika mereka dikumpulkan di bawah satu imam, tentu lebih baik.' Kemudian beliau mengumpulkan mereka dengan Ubay bin Ka'ab sebagai imamnya.
Pada malam berikutnya, aku pergi ke masjid bersama Umar, dan kami melihat orang-orang shalat di bawah satu imam. Umar pun berkata, 'Sebaik-baik bid’ah adalah ini. Namun, shalat yang mereka tinggalkan untuk tidur lebih utama daripada yang mereka laksanakan,' maksudnya shalat malam di akhir malam lebih utama daripada di awal malam. Dahulu, orang-orang melaksanakan shalat tarawih pada awal malam."
Ketahuilah bahwa shalat tarawih merupakan sunnah muakkadah yang dikerjakan Rasulullah ﷺ di bulan Ramadan.
Beliau tidak selalu melakukannya bersama para sahabatnya karena khawatir akan diwajibkan atas mereka.
Setelah itu, di masa Umar bin Khattab, shalat tarawih dijadikan sebagai satu jamaah dengan seorang imam. Seperti halnya ia menjadikan Ubay bin Ka'ab sebagai imam, dan seperti ia menjadikan Ali sebagai imam bagi laki-laki dan seorang imam lain bagi perempuan. Oleh karena itu, seseorang hendaknya menjaga shalat ini.
Dari Abu Dzar, bahwa Rasulullah ﷺ mengumpulkan keluarganya dan para sahabatnya, lalu bersabda:
"Sesungguhnya siapa yang berdiri bersama imam sampai ia selesai, maka akan dicatat baginya pahala shalat semalam suntuk."
Sampai imam menoleh sehingga orang yang hadir mengetahui bahwa shalat telah selesai. Hadis ini diriwayatkan oleh Ahmad dan dinilai sahih oleh at-Tirmidzi.
Disunnahkan agar shalat witir menjadi akhir dari shalat malam seseorang, dan dianjurkan untuk mengqadhanya di siang hari jika tertinggal.
Hendaknya seseorang membaca Al-Qur’an setiap malam sesuai kemampuannya dan menjadikannya sebagai penutup harinya. Hal ini sebagaimana beberapa malam yang lebih utama daripada malam-malam lainnya, seperti Lailatul Qadr yang lebih baik dari seribu bulan.
Para ulama salaf, karena kasih sayang mereka, selalu membimbing manusia menuju kebaikan dan tidak memotong kebaikan tersebut dari mereka. Sebab, jika kebaikan terputus, maka manusia akan kehilangan banyak keutamaan yang ada di sisi Allah.
Kemudian, dianjurkan bagi imam untuk menunaikan shalat dengan sempurna, tidak terlalu meringankan hingga mengabaikan banyak sunnah, dan tidak terlalu memanjangkan hingga memberatkan makmum. Sebab, banyak orang yang meninggalkan shalat berjamaah karena hal ini. Ketika seseorang memperpanjang shalatnya, ia bisa melakukannya dalam shalatnya sendiri, bukan dalam shalat berjamaah. Imam harus mempertimbangkan kelemahan makmum, seperti orang yang sudah tua, orang yang memiliki kebutuhan mendesak, dan lain sebagainya.
Bacaan dalam shalat harus seimbang sehingga tidak memberatkan makmum. Jika imam membaca panjang, hendaknya ia memberikan kesempatan bagi makmum yang ingin menyelesaikan shalatnya setelah dua rakaat dengan mengucapkan salam.
Hal ini untuk memudahkan mereka dan tidak membuat mereka kesulitan dalam mengikuti shalat berjamaah. Jika imam terbiasa membaca panjang, maka hendaknya ia tidak menjadikan hal itu sebagai kebiasaan yang memberatkan jamaahnya.
Hendaknya imam dan makmum sama-sama menjaga kekhusyukan, ketenangan, dan kehadiran hati dalam shalat. Mereka tidak boleh tergesa-gesa dalam gerakan shalat, baik dalam rukuk, sujud, maupun bacaan shalat. Mereka juga harus menjaga diri dari gangguan setan yang berusaha membuyarkan shalat mereka. Hal ini termasuk dalam adab-adab shalat yang seharusnya diperhatikan oleh setiap muslim.
Maka wajib atas imam untuk bertakwa kepada Allah Ta’ala dan takut kepada-Nya dalam urusan para makmum, karena Allah adalah pengawas atas mereka.
Dan bagi makmum, jika imamnya memiliki sifat amanah, maka ia akan mendapat nasihatnya. Jika ia enggan untuk shalat di belakang imam selainnya, maka ketika seseorang pergi ke pasar dan membeli makanan dari orang lain dan memberikannya kepada keluarganya, jika ia mengetahui bahwa makanan tersebut tidak sempurna, maka ia tidak akan memberikannya kepada orang lain.
Maka bagaimana dengan urusan agama dan amal? Kita memohon kepada Allah Ta’ala agar menanamkan dalam diri kita dan kalian kepatuhan terhadap syariat-Nya, perintah-Nya, menjauhi larangan-Nya dan batasan-Nya.
Allah Ta’ala berfirman:
"Celakalah bagi orang-orang yang shalat."Orang Orang yang lalai dalam shalat nya. "
Para ulama salaf yang saleh, semoga Allah merahmati mereka, dipilih oleh Allah Ta’ala dengan keutamaan dalam shalat.
Diriwayatkan dari uwais Al Qorni bahwa ia berkata:
“Sungguh aku akan beribadah kepada Allah seperti ibadah nya para malaikat-Nya, semalaman dalam keadaan berdiri dan ruku’, dan semalaman mereka dalam keadaan bersujud.”
Ali bin Abdullah bin Abbas biasa sujud seribu kali setiap hari. Karena itu, ia disebut "As-Sajjad" (orang yang banyak bersujud).
Warah bin Warah mengikat kedua kakinya dengan rantai agar tidak keluar dari shalatnya. Ini adalah sifat orang-orang yang bersungguh-sungguh. Ini adalah karakteristik orang-orang yang sabar. Maka, lakukanlah perbuatan mereka dan jangan menjadi orang yang tertipu.
Said bin Jubair mengkhatamkan Al-Qur’an dalam dua rakaat di dalam Ka’bah dan menangis hingga ajal menjemputnya.
Ar-Rabi’ bin Khuthaim, jika tidur, diletakkan di atas ranjangnya seperti mayat yang terbaring, kemudian menangis sepanjang malam. Bulan dan bintang bersamanya dalam tangisan. Ibunya berkata kepadanya: “Anakku, engkau telah membunuh dirimu sendiri dengan tangisan ini.” Ia menjawab: “Ibu, bagaimana aku bisa merasa aman jika aku tidak tahu apakah Allah ridha kepadaku atau murka?”
Muslim bin Yasar tidak terganggu dalam shalatnya, bahkan jika rumahnya runtuh, ia tidak akan menyadarinya. Jika ia shalat, keluarganya berbicara dan tertawa, tetapi mereka tahu bahwa hatinya sedang sibuk dengan Allah. Ia biasa berkata: “Kapan aku akan kembali kepadamu, wahai Tuhan, dan Engkau ridha kepadaku?”
Syair:
Seorang yang berjaga malam untuk Rabb-nya, apa yang menyenangkannya?
Hatinya gemetar karena dosa, sementara air mata mengalir di pipinya.
Tangisan yang tenang menutupi matanya
Air matanya mengalir atas apa yang ia sembunyikan
Wahai Tuhan, betapa banyak dosa yang aku lakukan
Wahai Tuhan, hamba-Mu ini telah melampaui batas, maka ampunilah
Dan kehinaan di pipinya menyala
Seakan-akan raja telah turun ke tanah dan tunduk
Kepadamu, wahai Tuhan yang Maha Pengampun
Sungguh tidak akan turun kehinaan pada diri seseorang, lalu engkau tidak mengangkatnya
Bab: Keutamaan Membaca Al-Qur’an
Dari Abu Dzar Radhiyallahu anhu, ia berkata: Aku berkata, "Wahai Rasulullah, berilah aku wasiat."
Beliau bersabda, "Hendaklah engkau membaca Al-Qur'an, karena sesungguhnya ia adalah cahaya bagimu di bumi dan simpanan bagimu di langit."
(Diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dari hadits panjang).
Dari Ibnu Umar radhiyallahu anhu, dari Rasulullah ﷺ, beliau bersabda:
"Tidak boleh ada iri kecuali dalam dua hal:
(1) Seseorang yang Allah berikan kepadanya Al-Qur'an, lalu ia membacanya siang dan malam, sehingga tetangganya mendengarnya dan berkata, 'Seandainya aku diberikan seperti apa yang diberikan kepada fulan, niscaya aku akan melakukan seperti yang ia lakukan.'
(2) Seseorang yang Allah berikan harta, lalu ia menginfakkannya dalam kebenaran, maka orang lain berkata, 'Seandainya aku diberikan seperti yang diberikan kepada fulan, niscaya aku akan melakukan seperti yang ia lakukan.'"
(Diriwayatkan oleh Bukhari).
Dari Aisyah Radhiyallahu anha, ia berkata: Rasulullah ﷺ bersabda:
"Orang yang membaca Al-Qur'an dengan mahir akan bersama para malaikat yang mulia dan taat, sedangkan orang yang membacanya dengan terbata-bata dan merasa kesulitan akan mendapatkan dua pahala."
(Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim).
Dari Abdullah bin Mas'ud Radhiyallahu anhu, ia berkata: Rasulullah ﷺ bersabda:
"Barang siapa membaca satu huruf dari Kitabullah, maka baginya satu kebaikan, dan satu kebaikan itu dilipatgandakan menjadi sepuluh kali lipat. Aku tidak mengatakan 'Alif Lam Mim' itu satu huruf, tetapi Alif satu huruf, Lam satu huruf, dan Mim satu huruf."
(Diriwayatkan oleh Tirmidzi, ia berkata hadits ini shahih).
Ketahuilah bahwa membaca Al-Qur'an adalah dzikir yang paling utama, karena ia merupakan firman Allah yang paling mulia dibandingkan dengan perkataan makhluk-Nya. Sebagaimana keutamaan Allah atas makhluk-Nya, demikian pula keutamaan firman-Nya atas perkataan makhluk.
Orang-orang yang mendahulukan amal shalih memahami bahwa sebaik-baik ibadah adalah membaca Al-Qur'an. Dahulu para salaf, jika mereka duduk di masjid, mereka berkata:
"Marilah kita mengingat Allah dan membaca Al-Qur'an."
Dan adalah bimbingan Nabi ﷺ dalam membaca Al-Qur'an, bahwa beliau membacanya secara tartil dan tidak terburu-buru. Tidak seperti bacaan yang cepat dan tergesa-gesa, tetapi bacaan yang jelas huruf demi huruf. Beliau berhenti pada akhir ayat dan tidak menyambungnya dengan ayat berikutnya, serta memulai bacaan dengan isti'adzah: "Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk."
Kadang-kadang beliau mengucapkan: "Aku berlindung kepada Allah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui dari setan yang terkutuk."
Beliau membaca Al-Qur'an dengan penuh penghayatan, memahami maknanya, merenungi kandungannya, dan meresapinya. Beliau tidak membatasi bacaan hanya pada lisan, melainkan juga dengan hati dan akal.
Beliau senang mendengar bacaan Al-Qur'an dari sahabat-sahabatnya, seperti perintah beliau kepada Abdullah bin Mas’ud: "Bacakanlah Al-Qur’an kepadaku!" Maka Abdullah bin Mas’ud pun membacakan Al-Qur'an dan Rasulullah ﷺ mendengarkannya dengan penuh khusyuk hingga air mata beliau berlinang. Demikian pula beliau suka mendengar bacaan dari Abu Musa Al-Asy'ari dan para sahabat lainnya.
Dalam hal adab membaca Al-Qur'an, para ulama menyebutkan bahwa disunnahkan menyelesaikan (khatam) bacaan di awal malam atau awal siang.
Diriwayatkan dari Umar bin Khattab Radhiyallahu anhu, bahwa Nabi ﷺ bersabda:
"Jika kalian mengkhatamkan Al-Qur'an, maka lakukanlah di awal malam atau awal siang."
Diriwayatkan dari Sa’ad bin Abi Waqqash Radhiyallahu anhu, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:
"Jika seseorang mengkhatamkan Al-Qur’an di awal malam, maka malaikat akan bershalawat kepadanya hingga pagi. Dan jika mengkhatamkannya di awal siang, maka malaikat akan bershalawat kepadanya hingga sore."
Talhah bin Musharrif berkata:
"Aku dapati ahli Al-Qur'an lebih senang mengkhatamkan bacaan mereka di awal malam atau awal siang."
Maksud dari hadis-hadis tersebut adalah agar seorang muslim mendapatkan keberkahan doa dari malaikat yang terus bershalawat kepadanya setelah ia mengkhatamkan Al-Qur’an.
Kemudian disebutkan dalam peringatan bagi mereka yang lalai:
"Wahai orang yang lalai dalam salatnya, wahai yang tidur dalam perjuangannya, wahai yang sibuk dengan dunia hingga lupa mengingat Allah! Tidakkah engkau melihat orang-orang yang bangun di malam hari, mereka telah memperoleh keberuntungan, sedangkan engkau tertidur? Mereka bangun dan memperoleh kemenangan, sedangkan engkau masih terlelap dalam kelalaian. Mereka beribadah di malam hari, sedangkan engkau tidur. Mereka menang di siang hari, sedangkan engkau lalai. Akhirnya, engkau seperti orang yang tidak turut serta dalam perjuangan bersama mereka."
Mereka menjaga ilmu mereka, mengamalkannya, dan menjadikannya sebagai jalan hidup mereka. Mereka telah mengikuti jejak orang-orang sebelum mereka, yang Allah firmankan tentang mereka:
"Mereka sedikit sekali tidur di waktu malam, dan di akhir malam mereka memohon ampunan." (QS. Adz-Dzariyat: 17-18).
Mereka menghindari dosa dan menjauh dari maksiat. Lisan mereka tidak berbicara kecuali dengan kebaikan, hati mereka tenang seperti burung merpati di Masjidil Haram. Mereka beribadah dengan penuh khusyuk, dan dalam salat mereka mereka menangis karena takut kepada Allah. Mereka juga bersujud dan rukuk dengan penuh ketundukan kepada-Nya.
Syair:
Wahai orang yang tenggelam dalam kelalaian dan kesenangan dunia,
Sampai kapan engkau akan membiarkan hatimu terpaut pada keindahannya?
Tidakkah engkau takut pada saat engkau akan berdiri di hadapan Allah,
Lalu dosa-dosamu diungkapkan dan engkau ditimpa kehinaan?
Bagaimana engkau akan selamat jika jalan yang kau tempuh adalah jalan orang-orang yang celaka?
Dan bagaimana engkau ridha menjadi orang yang merugi di hari perhitungan?
Wahai yang sibuk dengan permainan dan kesia-siaan, berpaling dari membaca Al-Qur’an,
Kembalilah sebelum datang hari penyesalan!
Wahai yang tertipu oleh dunia, sadarilah sebelum ajal menjemputmu,
Mintalah ampunan kepada Tuhanmu, sebelum semuanya terlambat.
Syair:
Segala puji bagi-Mu, wahai Tuhan kemuliaan dan ketinggian!
Engkau yang memberi anugerah di kala susah dan senang,
Aku datang kepada-Mu dengan harapan dan ketakutan,
Dan hanya kepada-Mu aku menggantungkan semua urusanku.
Wahai Tuhanku, Engkaulah tempat aku bersandar,
Di tangan-Mu ada kebahagiaan dan keselamatanku.
Jangan biarkan harapanku terputus,
Jangan cabut perlindungan-Mu dariku, wahai Yang Maha Pemurah!
Wahai orang yang berpaling dari Al-Qur’an dan tidak mengamalkannya,
Engkau akan menyesal pada hari yang penuh dengan penyesalan.
Hari di mana orang-orang yang berdosa akan menangisi kesalahan mereka,
Tetapi tidak ada lagi kesempatan untuk kembali.
Maka, bersegeralah dalam melakukan kebaikan selama masih ada waktu,
Mohonlah ampunan kepada Allah, Tuhan yang Maha Pengampun.
Sungguh, Rasulullah adalah rahmat bagi semesta alam,
Maka ikutilah jalannya dan jauhilah apa yang dilarangnya.
Ya Allah, hanya kepada-Mu aku berharap dan berserah diri,
Engkaulah pemilik keagungan dan kemuliaan,
Engkau yang Maha Memberi dan Maha Dermawan,
Siapakah yang bisa menolongku selain Engkau?
Ya Allah, aku mengakui segala dosaku dan kelemahanku,
Aku berada di taman keindahan-Mu,
Sedangkan jiwaku penuh dengan kekurangan dan keburukan.
Ya Allah, janganlah Engkau memutuskan harapanku,
Janganlah Engkau menutup pintu rahmat-Mu bagiku.
Aku hanyalah seorang hamba yang lemah,
Yang selalu berharap akan kasih sayang-Mu.
Ya Allah, bebaskanlah aku dari azab-Mu yang pedih,
Aku takut akan murka-Mu, maka lindungilah aku,
Aku hanyalah seorang hamba yang hina, penuh dengan dosa,
Ampunilah kesalahanku dan bersihkanlah diriku.
Ya Allah, Engkau Maha Pengampun dan Maha Penyayang,
Maka janganlah Engkau tinggalkan aku dalam keadaan hina,
Jangan biarkan aku dalam kebingungan dan kesengsaraan,
Jangan biarkan aku merasakan hukuman yang berat.
Ya Allah, ampunilah dosa-dosa kami,
Maafkanlah segala kesalahan kami,
Lindungilah kaum Muslimin yang masih hidup maupun yang telah wafat,
Dengan rahmat-Mu, wahai Tuhan Yang Maha Pengasih.