Kamis, 27 Februari 2025

SEPULUH CARA MENYAMBUT BULAN RAMADHAN


SEPULUH CARA MENYAMBUT BULAN RAMADHAN 


عشر حوافز لإستغلال رمضان

أخوكم
خالد بن عبدالرحمن الدرويش
الإحساء – الهفوف


أخي .. ماذا أعددت لرمضان ؟
 



Karya: Khalid bin Abdurrahman Ad-Duraisy


Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi yang paling mulia, Muhammad ﷺ, beserta keluarga dan seluruh sahabatnya.

Amma ba’du,

Ini adalah sebuah risalah yang ditujukan kepada setiap Muslim yang diberi kesempatan untuk menyambut Ramadan dalam keadaan sehat dan sejahtera, agar ia dapat memanfaatkannya untuk menaati Allah Ta'ala. Saya berusaha menjadikan risalah ini sebagai motivasi iman yang membangkitkan semangat dalam diri seorang mukmin untuk beribadah di bulan yang mulia ini. Oleh karena itu, saya memberi judul risalah ini Sepuluh Cara Menyambut Ramadan dan Sepuluh Motivasi untuk Memanfaatkannya.

Saya memohon kepada Allah Ta'ala agar memberikan taufik dan kelurusan dalam penyusunan risalah ini serta menjadikannya ikhlas karena-Nya. Semoga shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad ﷺ, beserta keluarga dan para sahabatnya.

Bagaimana Kita Menyambut Ramadan?

Pertanyaan: Bagaimana cara yang benar dalam menyambut bulan yang mulia ini?

Seorang Muslim hendaknya tidak menyia-nyiakan kesempatan emas di musim ketaatan ini. Ia harus menjadi bagian dari orang-orang yang berlomba dalam kebaikan, sebagaimana firman Allah Ta'ala:

"Dan untuk yang demikian itu hendaknya orang-orang berlomba-lomba." (QS. Al-Muthaffifin: 26)

Maka, wahai saudaraku, sambutlah Ramadan dengan cara-cara berikut:

1. Berdoa agar Allah menyampaikan kita ke bulan Ramadan

Berdoalah kepada Allah agar menyampaikan kita ke bulan Ramadan dalam keadaan sehat dan bugar, sehingga kita bisa giat beribadah. Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Nabi ﷺ, ketika memasuki bulan Rajab, sering berdoa:

"Ya Allah, berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya'ban, serta sampaikan kami ke bulan Ramadan."
(HR. Ahmad dan Ath-Thabrani, dalam Lathaif Al-Ma’arif).

Para salaf shalih juga sering berdoa agar dipertemukan dengan Ramadan, lalu setelahnya mereka memohon kepada Allah agar menerima amalan mereka.

Ketika melihat hilal Ramadan, berdoalah:

"Allahu Akbar, Ya Allah, tampakkan hilal ini kepada kami dengan keamanan, keimanan, keselamatan, dan Islam, serta dengan taufik kepada apa yang Engkau cintai dan ridai. Tuhanku dan Tuhanmu adalah Allah."
(HR. At-Tirmidzi dan Ad-Darimi, disahihkan oleh Ibn Hibban).

2. Bersyukur atas kesempatan bertemu Ramadan

Imam An-Nawawi rahimahullah dalam Al-Adzkar berkata:

"Ketahuilah bahwa disunnahkan bagi siapa yang mendapatkan nikmat baru yang nyata, atau terhindar dari bahaya besar, untuk bersujud syukur kepada Allah atau memuji-Nya dengan pujian yang sesuai."

Di antara nikmat terbesar adalah kesempatan untuk kembali beribadah di bulan Ramadan. Oleh karena itu, ucapkanlah:

"Segala puji bagi Allah sebanyak-banyaknya, sebagaimana yang layak bagi keagungan wajah-Nya dan kebesaran kekuasaan-Nya."

3. Merasa gembira dan bersuka cita

Rasulullah ﷺ biasa memberi kabar gembira kepada para sahabat dengan datangnya Ramadan:

"Telah datang kepada kalian bulan Ramadan, bulan penuh berkah. Allah telah mewajibkan kalian berpuasa di dalamnya. Di bulan ini, pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, dan setan-setan dibelenggu…" (HR. Ahmad).

Para sahabat dan salaf shalih sangat bergembira menyambut Ramadan. Tak ada kegembiraan yang lebih besar daripada menyambut musim kebaikan dan turunnya rahmat Allah.

4. Membuat rencana dan target ibadah

Sayangnya, banyak orang yang merencanakan urusan dunia secara detail, tetapi tidak membuat rencana untuk akhirat mereka. Seorang Muslim harus sadar bahwa ia memiliki banyak kesempatan untuk mendekatkan diri kepada Allah. Oleh karena itu, ia perlu membuat program ibadah selama Ramadan agar tidak menyia-nyiakan waktu.

5. Berniat dengan sungguh-sungguh untuk memanfaatkan Ramadan

Barang siapa yang jujur kepada Allah, maka Allah akan membantunya dalam ketaatan dan memudahkannya menuju kebaikan. Allah berfirman:

"Seandainya mereka jujur kepada Allah, tentu itu lebih baik bagi mereka." (QS. Muhammad: 21).

6. Menuntut ilmu dan memahami hukum-hukum Ramadan

Seorang Muslim harus beribadah dengan ilmu dan tidak boleh beralasan dengan kebodohan dalam perkara yang diwajibkan oleh Allah, termasuk puasa Ramadan. Maka, hendaknya ia mempelajari hukum-hukum puasa sebelum Ramadan tiba, agar puasanya sah dan diterima oleh Allah. Allah berfirman:

"Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui." (QS. Al-Anbiya: 7).

7. Bertobat dengan sungguh-sungguh

Kita harus menyambut Ramadan dengan bertobat dari segala dosa dan bertekad untuk tidak mengulanginya lagi. Ramadan adalah bulan tobat, maka siapa yang tidak bertobat di dalamnya, kapan lagi ia akan bertobat? Allah berfirman:

"Bertobatlah kalian semua kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, agar kalian beruntung." (QS. An-Nur: 31).

8. Mempersiapkan diri secara mental dan spiritual

Hal ini bisa dilakukan dengan membaca buku-buku Islam, mendengarkan ceramah tentang keutamaan dan hukum-hukum puasa, serta mengikuti kajian yang membahas Ramadan. Rasulullah ﷺ juga menyiapkan para sahabatnya untuk menyambut Ramadan dengan memberi mereka motivasi di akhir bulan Sya'ban.

9. Merencanakan kegiatan dakwah di bulan Ramadan

Di antara cara terbaik menyambut Ramadan adalah menyiapkan diri untuk berdakwah, seperti:

  1. Menyiapkan ceramah singkat untuk disampaikan di masjid.
  2. Membagikan buku dan risalah tentang Ramadan kepada masyarakat.
  3. Menyiapkan bingkisan Ramadan yang berisi buku dan rekaman ceramah.
  4. Mengingatkan orang-orang untuk bersedekah kepada fakir miskin.

10. Membuka lembaran baru dengan Allah dan sesama manusia

  • Bertobat dengan tulus kepada Allah.
  • Mengikuti sunnah Rasulullah ﷺ dengan menaati perintahnya dan menjauhi larangannya.
  • Menjalin hubungan baik dengan orang tua, kerabat, pasangan, dan anak-anak.
  • Menjadi pribadi yang bermanfaat bagi masyarakat. Rasulullah ﷺ bersabda:

"Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lain."

Itulah cara seorang Muslim menyambut Ramadan, seperti tanah kering yang merindukan hujan, seperti seorang pasien yang menantikan dokter, dan seperti seorang kekasih yang menanti kepulangan orang tercinta.

Ya Allah, sampaikan kami ke bulan Ramadan dan terimalah amal ibadah kami. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.


BAGAIMANA MENYAMBUT BULAN RAMADAN


Bagaimana Kita Menyambut Bulan Ramadan?


كيف نستقبل شهر رمضان؟ (خطبة)

كيف نستقبل شهر رمضان؟ (خطبة)
رمضان صالح العجرمي
مقالات متعلقة

تاريخ الإضافة: 25/2/2025 ميلادي - 26/8/1446 هجري
الزيارات: 9683


Poin Utama:

  1. Keutamaan dan kekhususan bulan Ramadan.
  2. Keutamaan dan manfaat puasa.
  3. Ringkasan hukum dan permasalahan puasa.

Tujuan Khutbah:

Mengingatkan tentang keutamaan dan kekhususan bulan Ramadan, serta beberapa keutamaan dan hukum puasa, agar kita merindukan, menyambut, dan memanfaatkan bulan mulia ini dengan sebaik-baiknya.


Pendahuluan:

Wahai kaum Muslimin, Allah Ta’ala telah menganugerahkan kepada umat ini bulan yang penuh keberkahan, di mana pintu-pintu kebaikan dibuka dan para hamba mendekatkan diri kepada Allah dengan berbagai ibadah.

Bulan Ramadan menjadi waktu kembalinya orang-orang yang bertaubat dan hidayah bagi yang tersesat. Betapa banyak orang yang bertobat dan kembali kepada Allah di bulan Ramadan! Betapa banyak orang yang dulunya lalai dalam shalat dan jauh dari Al-Qur’an menjadi lebih dekat kepada Allah di bulan ini! Sungguh, mendapatkan bulan Ramadan adalah kesempatan besar untuk mengganti kekurangan yang lalu dan memperbaiki diri sebelum ajal menjemput.

Oleh karena itu, Nabi Muhammad ﷺ selalu memberi kabar gembira kepada para sahabat dan umatnya dengan kedatangan bulan Ramadan. Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, Rasulullah ﷺ bersabda:

"Telah datang kepada kalian bulan Ramadan, bulan penuh berkah. Allah mewajibkan kalian berpuasa di dalamnya, pintu-pintu langit dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, setan-setan dibelenggu. Di dalamnya terdapat satu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Barang siapa yang terhalang dari kebaikannya, maka ia benar-benar telah terhalang."
(HR. Ahmad, An-Nasa’i, dan Al-Baihaqi, dinilai sahih oleh Al-Albani dalam Shahih At-Targhib wa At-Tarhib).

Para ulama mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ menyampaikan kabar ini untuk dua alasan:

  1. Untuk mengingatkan keutamaan bulan ini dan kedudukannya.
  2. Untuk membangkitkan semangat kaum Muslimin agar mereka memanfaatkan waktunya dengan sebaik-baiknya.

Ibn Rajab rahimahullah berkata, "Hadis ini menjadi dasar bagi kebiasaan kaum Muslimin dalam saling memberi kabar gembira menyambut Ramadan."

Bulan ini penuh dengan berkah, di mana jiwa-jiwa lebih mudah melakukan ketaatan, dosa-dosa diampuni, dan pahala dilipatgandakan.

Bagaimana Kita Menyambut Ramadan?

Karena siapa yang menyambut Ramadan dengan baik, dia akan memanfaatkannya dengan baik. Cara menyambutnya:

  1. Dengan mengenal keutamaan dan kekhususan bulan ini.
  2. Dengan mengetahui keutamaan dan manfaat puasa.
  3. Dengan memahami hukum dan fikih puasa.


Pertama: Keutamaan dan Kekhususan Bulan Ramadan

  1. Satu-satunya bulan yang disebut dalam Al-Qur'an.
    Allah berfirman:

"Bulan Ramadan adalah bulan yang di dalamnya diturunkan Al-Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan tentang petunjuk itu serta pembeda (antara yang hak dan batil)."
(QS. Al-Baqarah: 185).

Sedangkan tentang bulan-bulan haji, Allah hanya menyebutnya secara umum:

"Haji adalah pada bulan-bulan yang telah diketahui."
(QS. Al-Baqarah: 197).

Tentang bulan-bulan haram, Allah berfirman:

"Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah adalah dua belas bulan dalam ketetapan Allah sejak Dia menciptakan langit dan bumi. Di antaranya ada empat bulan haram."
(QS. At-Taubah: 36).

Nama "Ramadan" berasal dari kata "ramadha" yang berarti panas terik, karena bulan ini pertama kali diwajibkan pada saat cuaca sangat panas. Ada juga yang mengatakan bahwa Ramadan dinamakan demikian karena ia membakar dosa-dosa dengan amal saleh.


  1. Bulan diturunkannya kitab-kitab suci.
    Bulan ini Allah pilih sebagai waktu turunnya wahyu. Rasulullah ﷺ bersabda:

"Shuhuf (lembaran-lembaran) Nabi Ibrahim diturunkan pada malam pertama Ramadan, Taurat diturunkan pada tanggal 6 Ramadan, Injil pada tanggal 13 Ramadan, Zabur pada tanggal 18 Ramadan, dan Al-Qur'an pada tanggal 24 Ramadan."
(HR. Ahmad, Ath-Thabrani, dinilai hasan oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’).


  1. Seluruh alam semesta menyambut Ramadan.
    Di malam pertama Ramadan, terjadi perubahan besar di alam semesta. Rasulullah ﷺ bersabda:

"Jika telah datang malam pertama bulan Ramadan, setan-setan dan jin-jin durhaka dibelenggu, pintu-pintu neraka ditutup dan tidak ada satu pun yang dibuka, pintu-pintu surga dibuka dan tidak ada satu pun yang ditutup, dan seorang penyeru menyeru: 'Wahai pencari kebaikan, menghadaplah! Wahai pencari kejahatan, berhentilah!' Dan Allah memiliki orang-orang yang dibebaskan dari neraka, dan itu terjadi setiap malam."
(HR. At-Tirmidzi, Ibnu Majah, dinilai hasan oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’).


  1. Surga berhias untuk menyambut orang-orang beriman.
    Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, Rasulullah ﷺ bersabda:

"Umatku diberikan lima perkara di bulan Ramadan yang tidak diberikan kepada umat-umat sebelumnya… (di antaranya:) Surga berhias setiap hari dan berkata: 'Hampir tiba waktunya para hamba-Ku yang saleh akan dibebaskan dari kesulitan dan gangguan dunia lalu datang kepadamu (wahai surga)'."
(HR. Ahmad, Al-Bazzar, Al-Baihaqi, sanadnya dhaif tetapi dikuatkan dengan riwayat lain).

5. Ramadan adalah Bulan Qiyam, Tarawih, dan Tahajud

  • Salat malam secara berjamaah hanya disyariatkan di bulan Ramadan. Nabi Muhammad ﷺ adalah orang pertama yang memimpin jamaah salat malam di masjid, tetapi beliau kemudian meninggalkannya karena khawatir akan diwajibkan bagi umatnya. Pada masa Khalifah Umar bin Khattab radhiyallahu 'anhu, beliau mengumpulkan umat Islam untuk salat Tarawih di bawah satu imam.
  • Nabi ﷺ memberikan kabar gembira bagi siapa saja yang melaksanakan salat malam di bulan Ramadan dengan iman dan penuh harapan akan pahala:
    “Barang siapa yang menunaikan salat malam di bulan Ramadan dengan iman dan mengharap pahala dari Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari dan Muslim)
  • Siapa saja yang salat bersama imam hingga selesai, maka dia akan mendapatkan pahala seperti salat semalaman penuh:
    "Barang siapa yang salat bersama imam hingga ia selesai, maka dicatat baginya pahala salat satu malam penuh." (HR. Abu Dawud, Tirmidzi, dan dinilai sahih oleh Al-Albani)

6. Ramadan adalah Bulan Pengampunan Dosa dan Penghapusan Kesalahan

  • Rasulullah ﷺ bersabda:
    "Salat lima waktu, dari Jumat ke Jumat, dan dari Ramadan ke Ramadan adalah penghapus dosa-dosa yang terjadi di antara waktu-waktu tersebut, selama menjauhi dosa-dosa besar." (HR. Muslim)
  • Rasulullah ﷺ juga bersabda:
    "Barang siapa yang berpuasa di bulan Ramadan dengan iman dan mengharap pahala dari Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu." (HR. Bukhari dan Muslim)

7. Ramadan adalah Bulan Pembebasan dari Api Neraka

  • Rasulullah ﷺ bersabda:
    "Setiap malam di bulan Ramadan, Allah membebaskan hamba-hamba dari api neraka." (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah, dinilai hasan oleh Al-Albani)
  • Dalam riwayat lain, Rasulullah ﷺ bersabda:
    "Sesungguhnya Allah memiliki orang-orang yang dibebaskan dari neraka pada setiap waktu berbuka, dan itu terjadi setiap malam." (HR. Ahmad dan Ibnu Majah, dinilai sahih oleh Al-Albani)

8. Ramadan adalah Bulan di Mana Setan-Setan Dibelenggu

  • Rasulullah ﷺ bersabda:
    "Ketika Ramadan tiba, pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, dan setan-setan dibelenggu." (HR. Bukhari dan Muslim)

9. Keutamaan Lain dari Bulan Ramadan

  • Di dalamnya terdapat malam terbaik sepanjang tahun, yaitu malam-malam 10 hari terakhir, termasuk Lailatul Qadar.
  • Bulan yang penuh dengan berbagai amal kebaikan: salat, puasa, membaca Al-Qur’an, dzikir, doa, sedekah, dan memberi makan orang miskin.
  • Bulan yang menyatukan hati umat Islam: satu bulan, satu hilal, dan satu ibadah yang sama, di mana umat Islam saling berbagi makanan berbuka, membantu fakir miskin, dan meningkatkan akhlak seperti berkata lembut, berbuat baik, serta bersikap dermawan. Semua ini menjadi sebab meraih kamar-kamar istimewa di surga yang Allah sediakan bagi orang-orang yang beramal shalih.

10. Ramadan adalah Bulan yang Wajib Berpuasa

  • Allah berfirman:
    “Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al-Baqarah: 183)
    “Barang siapa di antara kalian hadir di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa.” (QS. Al-Baqarah: 185)

Keutamaan dan Manfaat Puasa

1. Puasa Disyariatkan dengan Banyak Hikmah dan Manfaat

  • Meningkatkan ketakwaan kepada Allah.
  • Membersihkan dan menyucikan jiwa, serta menghilangkan kebiasaan buruk, karena puasa menyempitkan jalan-jalan setan dalam diri manusia.
  • Menumbuhkan rasa empati dan kepedulian terhadap orang miskin, karena seorang yang berpuasa merasakan lapar dan haus seperti mereka.

2. Puasa adalah Ibadah yang Dimuliakan Allah dan Pahalanya Dirahasiakan

  • Rasulullah ﷺ bersabda dalam hadis qudsi:
    “Setiap amal anak Adam untuk dirinya, kecuali puasa. Sesungguhnya puasa itu untuk-Ku dan Aku sendiri yang akan membalasnya. Puasa adalah perisai. Jika salah seorang di antara kalian sedang berpuasa, maka janganlah berkata-kata kotor dan jangan bertengkar. Jika ada seseorang yang mencelanya atau mengajaknya bertengkar, hendaklah ia berkata: ‘Sesungguhnya aku sedang berpuasa.’ Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada aroma kasturi. Bagi orang yang berpuasa ada dua kebahagiaan: kebahagiaan saat berbuka, dan kebahagiaan saat bertemu dengan Rabbnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
  • Dalam riwayat lain:
    “Ia meninggalkan makanan, minuman, dan syahwatnya karena Aku. Puasa itu untuk-Ku dan Aku yang akan membalasnya. Setiap amal kebaikan dilipatgandakan sepuluh hingga tujuh ratus kali lipat, kecuali puasa, yang Aku sendiri yang akan menentukan pahalanya.” (HR. Muslim)
  • Imam Ibnu Abdil Barr rahimahullah berkata:
    “Cukuplah keutamaan puasa dengan firman Allah: ‘Puasa itu untuk-Ku,’ sebagai bukti keutamaannya atas ibadah lainnya.”

3. Puasa adalah Salah Satu Amal yang Paling Utama

  • Abu Umamah radhiyallahu 'anhu berkata:
    “Aku berkata: ‘Wahai Rasulullah, perintahkan aku dengan suatu amal.’ Beliau bersabda: ‘Lakukanlah puasa, karena tidak ada yang sebanding dengannya.’” (HR. An-Nasa'i dan dinilai sahih oleh Al-Albani)

4. Puasa Menghapus Dosa dan Kesalahan

  • Rasulullah ﷺ bersabda:
    “Barang siapa yang berpuasa di bulan Ramadan dengan iman dan mengharap pahala dari Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari dan Muslim)
  • Dalam hadis lain:
    "Fitnah seorang laki-laki dalam keluarganya, hartanya, dan tetangganya dapat dihapus dengan salat, sedekah, dan amar ma’ruf nahi munkar." (HR. Bukhari dan Muslim)

5. Puasa adalah Perisai dari Api Neraka

  • Rasulullah ﷺ bersabda:
    "Puasa adalah perisai." (HR. Bukhari dan Muslim)
  • Dalam riwayat lain:
    "Puasa adalah perisai dan benteng kokoh dari api neraka." (HR. Ahmad)
  • Hadis lain menyebutkan:
    "Puasa adalah perisai yang digunakan seorang hamba untuk berlindung dari api neraka." (HR. Ahmad)

6- Di antara keutamaan puasa:

Orang yang berpuasa memperoleh berbagai bentuk penghormatan, di antaranya:

  • Aroma mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau kasturi.Dalam hadis disebutkan:"Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, sungguh aroma mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau kasturi."

  • Al-Munawi rahimahullah berkata: "Jika demikian halnya dengan perubahan aroma mulutnya, maka bagaimana dengan salat, bacaan Al-Qur'annya, dan ibadah-ibadah lainnya?"

  • Doa orang yang berpuasa mustajab dan tidak tertolak.
    Dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu, Rasulullah ﷺ bersabda:
    "Tiga doa yang tidak tertolak: doa orang tua, doa orang yang berpuasa, dan doa musafir." (HR. Al-Baihaqi, dinilai sahih oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami').
    Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, Rasulullah ﷺ bersabda:
    "Tiga orang yang doanya tidak tertolak: pemimpin yang adil, orang yang berpuasa saat berbuka, dan doa orang yang terzalimi. Doanya diangkat di atas awan, pintu-pintu langit dibuka untuknya, dan Allah berfirman: 'Demi keagungan-Ku, Aku pasti menolongmu meskipun setelah beberapa waktu.'" (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, dan dinilai sahih oleh Al-Albani).
    Dalam riwayat lain disebutkan: "dan orang yang berpuasa hingga ia berbuka."

  • Puasa akan memberikan syafaat pada hari kiamat.
    Dari Abdullah bin Amr radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah ﷺ bersabda:
    "Puasa dan Al-Qur'an akan memberi syafaat bagi seorang hamba pada hari kiamat. Puasa berkata: 'Wahai Rabb-ku, aku telah mencegahnya dari makanan dan syahwatnya di siang hari, maka izinkan aku memberi syafaat untuknya.' Al-Qur’an berkata: 'Aku telah mencegahnya dari tidur di malam hari, maka izinkan aku memberi syafaat untuknya.' Maka keduanya diberi izin untuk memberi syafaat." (HR. Ahmad, dinilai sahih oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami').

  • Di surga ada pintu khusus bernama Ar-Rayyan, yang hanya dimasuki oleh orang-orang yang berpuasa.
    Dalam Shahihain dari Sahl bin Sa'd radhiyallahu 'anhu, Nabi ﷺ bersabda:
    "Di surga terdapat pintu yang disebut Ar-Rayyan, yang hanya akan dimasuki oleh orang-orang yang berpuasa pada hari kiamat. Tidak ada yang masuk selain mereka. Dikatakan: 'Di mana orang-orang yang berpuasa?' Maka mereka pun berdiri. Jika mereka sudah masuk, pintu itu akan ditutup, sehingga tidak ada seorang pun yang masuk melaluinya."

  • Orang yang berpuasa akan mendapatkan kamar-kamar tinggi di surga yang telah Allah siapkan untuk mereka.

  • Orang yang berpuasa akan menjadi salah satu manusia yang paling bahagia di dunia dan akhirat.
    Dalam hadis disebutkan:
    "Bagi orang yang berpuasa ada dua kebahagiaan: kebahagiaan ketika berbuka dan kebahagiaan ketika bertemu dengan Rabb-nya."
    Ibnu Rajab rahimahullah berkata:
    "Adapun kebahagiaan orang yang berpuasa ketika berbuka, itu karena jiwa manusia secara fitrah cenderung menyukai makanan, minuman, dan hal-hal yang diinginkannya. Jika seseorang ditahan dari itu semua di sebagian waktu, lalu diperbolehkan kembali, maka dia akan merasa bahagia, terutama ketika dalam kondisi sangat membutuhkannya. Adapun kebahagiaannya saat bertemu dengan Rabb-nya, adalah karena dia akan menemukan pahala puasanya yang tersimpan di sisi Allah, yang ia temukan di saat ia sangat membutuhkannya. Sebagaimana firman Allah Ta’ala:
    ‘Dan apa saja kebaikan yang kalian lakukan untuk diri kalian, niscaya kalian akan mendapatkannya di sisi Allah dalam keadaan yang lebih baik dan lebih besar pahalanya.’ (Al-Muzzammil: 20)
    Dan firman-Nya:
    ‘Pada hari ketika setiap jiwa mendapati segala kebaikan yang telah dikerjakannya dihadirkan.’ (Ali 'Imran: 30)"


Khutbah Kedua

Ringkasan Hukum dan Ketentuan Puasa

Wahai kaum Muslimin, hamba-hamba Allah, berikut ini adalah ringkasan hukum-hukum puasa dalam beberapa poin:

Masalah Pertama: Makna Puasa

  • Secara bahasa: Puasa berarti menahan diri.
  • Secara syar'i: Puasa adalah menahan diri dari makan, minum, hubungan suami istri, dan semua hal yang membatalkan puasa, mulai dari terbit fajar hingga terbenam matahari, dengan niat mendekatkan diri kepada Allah Ta'ala.

Masalah Kedua: Rukun Puasa

Puasa memiliki dua rukun yang tanpanya puasa tidak sah:

  1. Menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa
    Dalilnya adalah firman Allah Ta’ala:
    “Makan dan minumlah hingga jelas bagi kalian benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa hingga malam.” (Al-Baqarah: 187)

  2. Niat
    Dalilnya adalah sabda Nabi ﷺ dalam Shahihain dari Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu:
    “Sesungguhnya amal itu tergantung pada niatnya, dan setiap orang akan mendapatkan sesuai dengan apa yang ia niatkan.”

    • Niat harus dilakukan setiap malam sepanjang bulan Ramadan dan boleh dilakukan kapan saja di waktu malam.
    • Dalilnya: Hadis Hafshah radhiyallahu ‘anha bahwa Nabi ﷺ bersabda:
      “Barang siapa yang tidak berniat puasa sebelum fajar, maka tidak ada puasa baginya.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi, dinilai sahih oleh Al-Albani).
    • Tidak perlu mengucapkan niat secara lisan, karena siapa saja yang makan sahur dengan niat berpuasa, maka itu sudah cukup sebagai niat.
    • Untuk puasa sunnah, niat bisa dilakukan kapan saja di siang hari, sebagaimana hadis Aisyah radhiyallahu ‘anha:
      "Suatu hari Nabi ﷺ masuk ke rumahku dan bertanya: 'Apakah ada makanan?' Kami menjawab: 'Tidak ada.' Maka beliau bersabda: 'Jika begitu, aku berpuasa.'" (HR. Muslim).

Masalah Ketiga: Bagaimana Menentukan Awal Ramadan?

Awal Ramadan ditetapkan dengan salah satu dari dua cara:

  1. Melihat hilal
    Jika ada yang melihat hilal Ramadan, maka wajib berpuasa berdasarkan firman Allah:
    "Barang siapa di antara kalian yang menyaksikan bulan (Ramadan), maka hendaklah ia berpuasa." (Al-Baqarah: 185)
    Dalam Shahihain, Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma berkata:
    “Manusia mencari hilal, lalu aku memberitahu Rasulullah ﷺ bahwa aku telah melihatnya. Maka beliau berpuasa dan memerintahkan orang-orang untuk berpuasa.” (HR. Abu Dawud, dinilai sahih oleh Al-Albani).

  2. Menyempurnakan bulan Sya'ban menjadi 30 hari
    Jika hilal tidak terlihat karena mendung atau kabut, maka bulan Sya’ban disempurnakan menjadi 30 hari, sebagaimana sabda Nabi ﷺ:
    "Berpuasalah karena melihatnya dan berbukalah karena melihatnya. Jika kalian terhalang dari melihatnya, maka sempurnakan bilangan Sya’ban menjadi 30 hari."

  • Tidak boleh menggunakan perhitungan astronomi dalam menentukan awal Ramadan.

Masalah Keempat: Siapa yang Wajib Berpuasa?

Puasa diwajibkan bagi setiap Muslim yang baligh, berakal, mampu, menetap, serta bebas dari penghalang. Berikut perincian syarat-syarat ini:

  1. Islam adalah syarat sah dan wajibnya puasa. Jika seorang kafir berpuasa, puasanya tidak diterima hingga ia masuk Islam. Dalilnya adalah firman Allah:
    "Dan tidak ada yang menghalangi mereka untuk diterima nafkah-nafkah mereka kecuali karena mereka kafir kepada Allah dan Rasul-Nya." (At-Taubah: 54)

  2. Akal adalah syarat wajib puasa, sehingga tidak diwajibkan atas orang gila yang tidak memiliki kesadaran hingga ia sembuh. Dalilnya adalah sabda Rasulullah ﷺ:
    "Pena (pencatatan amal) diangkat dari tiga orang: dari orang gila hingga ia sadar, dari anak kecil hingga ia baligh, dan dari orang yang tidur hingga ia bangun."

  3. Baligh adalah syarat wajib puasa. Anak kecil tidak wajib berpuasa, tetapi disunnahkan bagi walinya untuk membiasakannya jika ia mampu.

    • Sebagian ulama mengqiyaskan dengan shalat, yaitu anak diperintahkan berpuasa sejak usia tujuh tahun dan boleh dipukul jika meninggalkannya saat berusia sepuluh tahun.
    • Baligh ditandai dengan tiga hal: ihtilam (mimpi basah), tumbuh rambut kemaluan, atau mencapai usia 14 tahun. Wanita memiliki tanda tambahan, yaitu haid.
  4. Mampu berpuasa adalah syarat wajibnya.

    • Orang yang tidak mampu, seperti lansia, wanita hamil, ibu menyusui, serta orang sakit (baik yang bisa sembuh atau tidak), tidak wajib berpuasa.
    • Orang sakit memiliki tiga kondisi:
      a) Jika puasa membahayakannya, wajib berbuka dan menggantinya di lain hari.
      b) Jika puasa menyulitkan tetapi tidak berbahaya, boleh berbuka dan menggantinya.
      c) Jika puasa tidak menyulitkan atau membahayakan, maka ia wajib berpuasa.
  5. Mukim (tidak dalam perjalanan) adalah syarat wajib puasa. Musafir yang menempuh perjalanan yang membolehkannya mengqashar shalat, boleh berbuka.

  6. Wanita tidak dalam keadaan haid atau nifas.


Masalah Kelima: Kategori Orang yang Berpuasa

  1. Orang yang wajib berpuasa dan haram berbuka:

    • Mereka yang memenuhi keenam syarat di atas.
    • Jika mereka berbuka dengan sengaja, mengetahui hukumnya, dan sadar, mereka berdosa besar, kecuali jika mengingkari wajibnya puasa.
  2. Orang yang wajib berbuka dan haram berpuasa:

    • Wanita yang sedang haid atau nifas.
    • Mereka wajib mengqadha puasanya setelah Ramadan. Dalilnya adalah perkataan Aisyah radhiyallahu ‘anha:
      "Kami mengalami haid di masa Rasulullah ﷺ, lalu kami diperintahkan mengqadha puasa tetapi tidak diperintahkan mengqadha shalat."
  3. Orang yang boleh berbuka tetapi wajib mengqadha:

    • Musafir dan orang sakit yang bisa sembuh.
    • Dalilnya adalah firman Allah:
      "Dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan, maka (wajib mengganti) sebanyak hari yang ditinggalkan di hari-hari lain." (Al-Baqarah: 185)
    • Termasuk juga wanita hamil dan menyusui jika khawatir terhadap diri atau bayinya.
  4. Orang yang boleh berbuka dan wajib membayar fidyah:

    • Lansia, orang sakit yang tidak bisa sembuh, serta wanita hamil dan menyusui jika mereka tidak mampu mengganti puasa.
    • Dalilnya adalah firman Allah:
      "Dan bagi orang-orang yang mampu berpuasa tetapi dengan kesulitan, mereka wajib membayar fidyah dengan memberi makan seorang miskin." (Al-Baqarah: 184)
    • Ibnu Abbas berkata:
      _"Ayat ini tidak mansukh (dihapus), tetapi berlaku bagi orang tua yang tidak mampu berpuasa."
      "Wanita hamil dan menyusui, jika khawatir terhadap anak-anak mereka, boleh berbuka dan wajib membayar fidyah." (HR. Abu Dawud)
    • Fidyah yang harus dibayarkan adalah memberi makan satu orang miskin per hari, sebanyak 1,5 kg makanan pokok seperti beras atau tepung.


Masalah Keenam: Hal-Hal yang Membatalkan Puasa

1. Hal yang membatalkan puasa dan wajib mengqadha:

  • Makan dan minum dengan sengaja. Jika lupa, puasanya tetap sah.
    "Barangsiapa lupa lalu makan atau minum, hendaklah ia menyempurnakan puasanya, karena Allah yang memberi makan dan minum kepadanya." (HR. Bukhari & Muslim)
  • Muntah dengan sengaja. Jika tidak sengaja, puasanya tetap sah.
    "Barangsiapa yang muntah dengan tidak sengaja, maka tidak ada qadha baginya. Namun, barangsiapa yang sengaja muntah, maka wajib mengqadha."
  • Haid dan nifas. Jika terjadi meskipun sesaat sebelum berbuka, puasanya batal dan harus diqadha.
  • Istimna' (mengeluarkan mani dengan sengaja), baik dengan tangan, menyentuh, mencium, atau terus-menerus melihat sesuatu yang membangkitkan syahwat.
  • Ragu-ragu dalam niat puasa. Jika seseorang berniat membatalkan puasa dengan sengaja, puasanya batal meskipun belum makan.

2. Hal yang membatalkan puasa dan wajib mengqadha serta kafarat:

  • Jima’ (berhubungan suami-istri) di siang hari Ramadan.
  • Jika dilakukan dengan sengaja, maka harus mengqadha dan membayar kafarat:
    1. Membebaskan budak, jika tidak mampu
    2. Puasa dua bulan berturut-turut, jika tidak mampu
    3. Memberi makan 60 orang miskin.
  • Urutan ini tidak boleh diubah, harus dilakukan secara bertahap.


Masalah Ketujuh: Adab dan Sunnah Puasa


1- Makan sahur dan mengakhirkannya. Nabi ﷺ bersabda:
"Makanlah sahur, karena di dalam sahur terdapat keberkahan." (HR. Bukhari & Muslim).
Beliau juga bersabda: "Perbedaan antara puasa kita dan puasa Ahli Kitab adalah makan sahur."

  • Dianjurkan untuk mengakhirkan sahur. Nabi ﷺ bersabda: "Umatku akan tetap dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka dan mengakhirkan sahur."
  • Sahur dapat dilakukan dengan makanan apa pun, bahkan hanya dengan beberapa teguk air. Nabi ﷺ bersabda: "Sahur itu penuh berkah, maka janganlah kalian meninggalkannya, walaupun hanya dengan meminum seteguk air. Sesungguhnya Allah dan malaikat-Nya bershalawat kepada orang-orang yang bersahur."

2- Menyegerakan berbuka setelah matahari terbenam, sebagaimana sabda Nabi ﷺ:
"Umat manusia akan tetap berada dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka." (HR. Bukhari). Dalam riwayat lain disebutkan: "Allah Azza wa Jalla berfirman: ‘Hamba-Ku yang paling Aku cintai adalah yang paling cepat dalam berbuka.’"

3- Berbuka dengan kurma segar, jika tidak ada maka dengan kurma kering, dan jika tidak ada maka dengan air.
Diriwayatkan dari Anas رضي الله عنه: "Nabi ﷺ biasa berbuka sebelum shalat dengan kurma segar, jika tidak ada maka dengan kurma kering, dan jika tidak ada maka dengan beberapa teguk air." (HR. Tirmidzi, dinilai sahih oleh Al-Albani).

4- Berdoa saat berpuasa, terutama ketika berbuka, sebagaimana sabda Nabi ﷺ:
"Sesungguhnya bagi orang yang berpuasa, pada saat berbukanya ada doa yang tidak akan ditolak." (HR. Ibnu Majah).

  • Doa yang diajarkan Nabi ﷺ saat berbuka:
    "Telah hilang dahaga, urat-urat telah basah, dan telah tetap pahala, insya Allah." (HR. Abu Dawud).
  • Doa yang diriwayatkan dari para sahabat:
    "Ya Allah, untuk-Mu aku berpuasa, dan dengan rezeki-Mu aku berbuka."
  • Jika berbuka di rumah orang lain, dianjurkan mendoakan tuan rumah dengan doa yang diajarkan Nabi ﷺ:
    "Semoga orang-orang yang berpuasa berbuka di tempat kalian, semoga orang-orang yang baik memakan makanan kalian, dan semoga para malaikat mendoakan kalian." (HR. Abu Dawud, dinilai sahih oleh Al-Albani).

5- Menjaga diri dari perbuatan dan perkataan yang merusak puasanya, serta menjauhi ucapan kotor dan keributan. Hal ini berdasarkan sabda Nabi ﷺ: "Barang siapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta, perbuatan dosa, dan kebodohan, maka Allah tidak butuh ia meninggalkan makan dan minumnya." (HR. Bukhari). Dan sabda beliau ﷺ: "Jika salah seorang di antara kalian berpuasa, maka janganlah ia berkata kotor dan jangan berteriak-teriak." (HR. Bukhari & Muslim).

6- Mengucapkan "Saya sedang berpuasa" kepada orang yang mencaci atau memusuhinya. Ini berdasarkan sabda Nabi ﷺ: "Jika salah seorang di antara kalian berpuasa, maka janganlah ia berkata kotor dan jangan berteriak-teriak. Jika ada seseorang yang mencaci atau mengajaknya bertengkar, hendaklah ia mengatakan: ‘Saya sedang berpuasa, saya sedang berpuasa.’" (HR. Bukhari & Muslim). Para ulama menjelaskan bahwa pengucapan pertama untuk mengingatkan dirinya sendiri, sedangkan yang kedua untuk mengingatkan lawannya.

7- Bersikap dermawan, memberi makan kepada orang miskin, dan menyediakan makanan berbuka bagi orang yang berpuasa. Nabi ﷺ bersabda: "Barang siapa yang memberi makan kepada orang yang berpuasa, maka ia mendapatkan pahala seperti orang yang berpuasa tersebut, tanpa mengurangi pahalanya sedikit pun." (HR. Tirmidzi). Ibnu Abbas Radhiyallahu anhuma berkata: "Rasulullah ﷺ adalah manusia yang paling dermawan, dan beliau lebih dermawan lagi di bulan Ramadan ketika bertemu dengan Jibril. Jibril menemuinya setiap malam di bulan Ramadan untuk mengajarkan Al-Qur'an kepadanya. Sungguh, Rasulullah ﷺ lebih dermawan dalam kebaikan dibandingkan angin yang berhembus." (HR. Bukhari & Muslim).

8- Memperbanyak amal saleh sebagai bentuk pemanfaatan keberkahan dan kemuliaan waktu di bulan Ramadan, serta karena pahala dan kebaikan dilipatgandakan pada bulan ini.

Kita memohon kepada Allah Yang Maha Agung agar menerima puasa kita dan menjadikan kita termasuk orang-orang yang dibebaskan dari neraka.


Selasa, 25 Februari 2025

KEUTAMAAN PUASA DIBANDINGKAN DENGAN AMALAN LAINNYA



 Keutamaan Puasa Dibandingkan dengan Amalan Lain


Segala puji bagi Allah, cahaya yang menerangi dan memperindah hati para wali dan syuhada. Dia memuliakan mereka dengan perlindungan-Nya yang penuh kasih, sehingga mereka merasakan ketenangan dalam naungan-Nya dan merindukan kedekatan dengan-Nya. Maka mereka bersungguh-sungguh dalam ketaatan kepada-Nya, berlomba-lomba dalam ibadah, dan bergegas menuju ampunan-Nya.

Dia memberi petunjuk kepada orang-orang yang beriman dengan rahmat dan anugerah-Nya. 

Barang siapa yang Dia kehendaki untuk mendapatkan petunjuk, maka Dia mudahkan jalannya menuju ketaatan dan mendekatkannya dengan rahmat-Nya.

 Namun, barang siapa yang Dia kehendaki untuk tersesat, maka Dia membiarkan hatinya tertutup dari kebaikan, sehingga ia terjerumus dalam kesesatan dan kekufuran.

Maka beruntunglah orang yang diberi petunjuk dan mengikuti jalan-Nya, serta celakalah orang yang tersesat dari jalan-Nya. 

Aku memuji-Nya atas segala karunia-Nya dan bersyukur atas segala kebaikan-Nya yang tak terhitung jumlahnya.

Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, Dia Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya. Bersaksi dengan syahadat ini akan memperoleh pahala, tambahan, dan pengangkatan derajat. Juga akan menyelamatkan dari api neraka yang menyala-nyala. 

Aku juga bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, pemberi petunjuk menuju kebahagiaan. Dengan kehadiran beliau, cahaya iman ditegakkan, tiang-tiang agama dikuatkan, dan syariatnya menjadi penjelas yang gamblang bagi umat manusia. 

Semoga Allah melimpahkan shalawat dan salam kepada beliau dan para sahabatnya yang setia.

Allah berfirman:


"Makan dan minumlah dengan nikmat sebagai balasan atas apa yang telah kalian kerjakan pada hari-hari yang telah lalu." (QS. Al-Haqqah: 24)


Dikatakan bahwa ayat ini turun mengenai orang-orang yang berpuasa. Dan ini karena di hari kiamat, manusia mencapai tingkat kelelahan akibat kebohongan dan perbuatan zalim mereka, sedangkan orang-orang yang berpuasa tidak merasakan kehausan dan kelaparan.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah, bahwa Nabi ﷺ bersabda:


"Setiap amal anak Adam akan dilipatgandakan kebaikannya sepuluh hingga tujuh ratus kali lipat. Allah berfirman: ‘Kecuali puasa, karena puasa adalah untuk-Ku, dan Aku yang akan memberikan pahalanya.’ Puasa adalah perisai, maka apabila seseorang sedang berpuasa, hendaknya ia tidak berkata kotor dan tidak bertengkar. Jika seseorang mencelanya atau mengajaknya bertengkar, hendaklah ia mengatakan: ‘Aku sedang berpuasa.’" (HR. Bukhari & Muslim)

Hadis ini menunjukkan keutamaan puasa dibandingkan dengan amalan lainnya. Karena amalan lain memiliki batasan pahala, sedangkan puasa adalah untuk Allah, dan Dia sendiri yang akan memberikan balasan yang tak terhingga.

Dalam hadis lain, Rasulullah ﷺ bersabda:


"Puasa adalah separuh kesabaran." (HR. Tirmidzi)

Kesabaran ada tiga jenis:

  1. Sabar dalam ketaatan kepada Allah.
  2. Sabar dalam menjauhi larangan Allah.
  3. Sabar dalam menghadapi takdir Allah yang menyakitkan.

Ketiga jenis kesabaran ini berkumpul dalam ibadah puasa, karena di dalamnya terdapat kesabaran dalam menaati perintah Allah, menjauhi hal-hal yang diharamkan, dan bersabar terhadap rasa lapar serta dahaga.

Allah mengharamkan bagi orang yang berpuasa segala syahwat yang diharamkan, dan ia bersabar menahan rasa lapar, haus, dan kesusahan yang dihadapi oleh jiwa serta nafsu. 

Ini termasuk dalam kesabaran terhadap ketaatan kepada Allah, karena kesabaran dalam melakukan ketaatan merupakan tingkatan yang sangat tinggi.

Dijelaskan dalam hadits sahih bahwa Nabi ﷺ bersabda:
"Puasa adalah separuh dari kesabaran, dan kesabaran itu adalah cahaya."

Kemudian disebutkan pula bahwa amal kebaikan dapat dilipatgandakan pahalanya karena beberapa sebab, di antaranya:

Keutamaan tempat dilakukannya amal

Seperti kemuliaan tanah haram, sehingga salat di Masjidil Haram memiliki pahala yang jauh lebih besar dibanding masjid lainnya. 

Begitu juga puasa yang dilakukan di Makkah memiliki keutamaan yang besar, sebagaimana disebutkan dalam riwayat dari Ibnu Abbas bahwa siapa yang berpuasa di Makkah, maka Allah mencatatnya sebagai pahala seratus ribu kali puasa di tempat lain.

Dalam hadits disebutkan:

"Salat di masjidku ini (Masjid Nabawi) lebih baik daripada seribu salat di masjid lainnya, kecuali Masjidil Haram."

Keutamaan waktu

Seperti puasa di bulan Ramadan, di mana amal ibadah dilipatgandakan pahalanya. Salman al-Farisi meriwayatkan bahwa Nabi ﷺ bersabda:

"Sedekah yang paling utama adalah sedekah di bulan Ramadan."

Dalam hadits sahih lainnya dari Nabi ﷺ, disebutkan bahwa :

"Umrah di bulan Ramadan setara dengan ibadah haji."

Ibnu Abi Mulaikah meriwayatkan dari sebagian sahabat Nabi ﷺ bahwa mereka biasa berkata ketika bulan Ramadan tiba:

"Ini adalah bulan kebaikan."

Jika datang bulan Ramadan, maka bersedekahlah di dalamnya, karena sedekah di dalamnya seperti sedekah di jalan Allah, dan satu kebaikan di dalamnya lebih baik dari seribu kebaikan di bulan lain.

Diriwayatkan bahwa Nabi bersabda:

 "Puasa satu hari di bulan Ramadan lebih utama dari seribu hari lainnya. Tasbih di dalamnya lebih utama dari seribu tasbih. Dan satu rakaat di dalamnya lebih utama dari seribu rakaat."

Ketika pahala puasa dilipatgandakan dibandingkan pahala amal lainnya, maka pahala puasa Ramadan dilipatgandakan dibanding puasa lain sepanjang zaman. Lebih dari itu, puasa adalah satu-satunya ibadah yang Allah sendiri menetapkan balasannya dan menjadikannya sebagai salah satu rukun Islam yang Islam dibangun di atasnya.

Pahala amal juga dilipatgandakan dengan sebab lain:
Salah satunya adalah bahwa amal tersebut dilakukan untuk Allah, yang mencatatnya, memberkahi, dan melipatgandakannya. Seperti yang telah disebutkan, umat ini diberi pahala yang lebih besar dibanding umat sebelumnya dan diberikan pahala dua kali lipat.

Dalam hadis riwayat Bukhari:

 "Setiap amal anak Adam adalah kafarah (penghapus dosa), kecuali puasa. Sesungguhnya puasa itu untuk-Ku, dan Aku yang akan membalasnya." 

Dalam riwayat Ahmad dan selainnya disebutkan: 

"Setiap amal anak Adam adalah kafarah, kecuali puasa. Puasa itu untuk-Ku, dan Aku sendiri yang akan membalasnya."

Maka berdasarkan riwayat kedua, pengecualian puasa dari amal lainnya berarti bahwa puasa memiliki balasan khusus yang hanya Allah yang mengetahuinya, berbeda dari amal lainnya.

Sebagaimana dikatakan oleh Sufyan bin Uyaynah: 

"Di antara hadis yang paling kuat adalah hadis ini. Jika pada hari kiamat Allah menghisab hamba-hamba-Nya, dan menuntut mereka atas kezhaliman yang mereka lakukan, tidak ada yang tersisa kecuali puasa. Maka Allah akan menyempurnakan balasan hamba-Nya dengan puasa dan memasukkannya ke dalam surga." Hadis ini diriwayatkan oleh Al-Baihaqi.

Maka pahala puasa itu menjadi simpanan bagi pelakunya di sisi Allah Ta'ala. Maka tidak ada jalan untuk mengambil pahala puasa kecuali dengan menerima secara langsung pahala dari puasa itu, karena ia adalah bagian dari pandangan ini.

Saudara-saudaraku, panjangnya harapan bagi orang-orang yang tinggi cita-citanya, dan rasa takut mereka kepada Allah menjadikan mereka meninggalkan dunia yang fana, dan mereka berpaling ke arah yang lebih tinggi. Maka diri mereka pun menjadi tinggi dan unggul. 

Allah berfirman tentang mereka:

"Mereka sedikit sekali tidur di waktu malam." (QS. Adz-Dzariyat: 17)

Mereka sedikit tidur di waktu malam karena takut kepada Allah. Mereka menangis di malam hari karena takut kepada-Nya dan meninggalkan keharaman karena takut kepada-Nya.

Mereka adalah orang-orang yang senantiasa menangis karena takut kepada Allah dan memahami amal perbuatan yang paling baik. Mereka adalah orang-orang yang jika diminta, mereka segera menjawab panggilan. Mereka memahami dengan baik tuntutan dan amal yang dibebankan kepada mereka.

Mereka melakukan puasa di siang hari dan shalat di malam hari. Mereka melakukan qiyamul lail dengan penuh khusyuk karena takut kepada Allah. Mereka menghabiskan malam dengan menangis dan merendahkan diri. Mereka mengendalikan syahwat mereka dengan berpuasa dan menundukkan jasad mereka dengan banyak ibadah.

Allah berfirman tentang mereka dalam ayat-Nya:

"Dan mereka yang memohon ampunan di waktu sahur." (QS. Ali Imran: 17)

Adapun orang-orang yang lalai, mereka dikuasai oleh rasa kantuk dan tidur. Mereka adalah orang-orang yang hidup dalam kelalaian dan telah melupakan perjanjian mereka dengan Allah.

Mereka meninggalkan dunia yang fana dan memilih kehidupan yang lebih tinggi. Mereka mendengar ayat-ayat yang menyebutkan kenikmatan yang tinggi, maka mereka pun mengingatnya, lalu jiwa mereka menjadi mulia dan unggul.

Dari dunia mereka pergi, meninggalkan rumah-rumah dan berkumpul seperti kawanan burung yang berpindah tempat. Mereka bergegas menuju pertarungan yang menentukan, dengan keyakinan bahwa surga itu tinggi, dan kepada mereka dikatakan:

 “Wahai orang-orang yang menuntutnya, sungguh ia mulia.” Sebab telah dikatakan kepada mereka di negeri abadi: “Tinggallah di dalamnya dengan damai dan aman sebagaimana keadaan para leluhur sebelumnya.”

Syair:

Bangunlah seperti malam yang berlalu dan padamkan dahaganya,
Kembalilah kepadanya di dalam surga dengan kegembiraan.
Dan katakan kepada keagungan pemaafan agar tidak terputus,
Aku adalah orang yang bersalah, wahai harapan orang-orang yang berbuat baik.
Maka jika engkau mengampuniku, engkau telah memberi kebahagiaan pada jiwaku,
Atau jika engkau menghukumku, aku berada dalam penderitaan.
Seseorang yang tetap berada di pintunya akan bertarung,
Agar kembali pemilik keutamaan yang sempurna.
Kasih sayang Ilahi yang sempurna akan turun,
Bagi siapa pun yang bertobat dari kesalahannya dan menerima petunjuk.

Fasal

Allah Ta’ala berfirman: "Mereka memiliki derajat di sisi Allah dan ampunan serta rezeki yang mulia."

Dan Allah Ta’ala berfirman: 

"Sesungguhnya orang-orang yang beriman memiliki derajat yang tinggi di sisi Tuhan mereka dan ampunan serta rezeki yang mulia."

Diriwayatkan dalam hadis sahih dari ‘Ubadah bin Shamit, bahwa Nabi ﷺ bersabda:

"Sesungguhnya di dalam surga terdapat seratus derajat yang Allah sediakan bagi para mujahidin di jalan-Nya. Jarak antara setiap derajat seperti jarak antara langit dan bumi. Maka apabila kalian memohon kepada Allah, mintalah firdaus, karena ia adalah surga yang tertinggi, bagian tengah surga, dan di atasnya terdapat Arsy Tuhan Yang Maha Pengasih, dan darinya mengalir sungai-sungai surga."

Nabi ﷺ bersabda: 

"Sesungguhnya di surga terdapat seratus derajat yang Allah siapkan bagi para mujahid di jalan-Nya. Jarak antara setiap dua derajat seperti jarak antara langit dan bumi. Jika kalian meminta kepada Allah, maka mintalah Firdaus, karena ia adalah surga yang tertinggi, bagian tengah surga, dan atapnya adalah Arsy Allah Yang Maha Pengasih. Dari sana pula sungai-sungai surga mengalir." (Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim)

Dalam Musnad dari Abu Sa’id Al-Khudri, Rasulullah ﷺ bersabda: 

"Sesungguhnya di surga ada seratus derajat. Seandainya seluruh manusia berkumpul dalam satu derajat saja, tentu mereka akan merasa sempit."

Rasulullah ﷺ bersabda: 

"Sesungguhnya ahli surga akan melihat penduduk kamar-kamar (derajat yang lebih tinggi) sebagaimana kalian melihat bintang bercahaya yang berada di ufuk timur atau barat karena perbedaan derajat mereka." Para sahabat bertanya: "Wahai Rasulullah, apakah itu derajat para nabi yang tidak bisa dicapai oleh selain mereka?" Rasulullah ﷺ menjawab: "Tidak. Demi Dzat yang jiwaku berada dalam genggaman-Nya! Mereka adalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan membenarkan para rasul-Nya."

Diriwayatkan bahwa Nabi Daud pernah berdoa:

  "Ya Allah, siapa yang akan melindungiku dari fitnah salat?" Maka Allah mewahyukan kepadanya: "Wahai Daud, sesungguhnya Aku mewajibkan salat kepada hamba-hamba-Ku, dan Aku menjadikannya sebagai cahaya bagi mereka di dunia, serta sebagai penyelamat dari kegelapan di akhirat."

Dikatakan bahwa perumpamaan ahli surga di dunia adalah seperti bintang yang ada di langit. Sungai-sungai mereka tidak kering, dan buah-buahan mereka tidak berubah.

Syair:


"Malam berlalu sementara wajahmu tetap dalam kebatilan,
Engkau berlelah payah dalam kebatilan,
Namun saat kau membalas dengan kebaikan, maka jerih payahmu tidak sia-sia."

Sesungguhnya hanya kesedihan dan kesusahan yang tumbuh di atas kendaraan harapan tinggi dan angan-angan panjang.

Sebagian mereka berkata: Seseorang melihat seorang lelaki di surga menangis. Maka ia ditanya tentang penyebabnya, lalu ia berkata: "Aku hanya memiliki satu jiwa, tetapi aku berharap dapat mengorbankannya di jalan Allah berkali-kali."

Dikisahkan tentang suatu kaum yang berperang di jalan Allah. Ketika mereka mengalahkan musuh dan kembali, salah satu dari mereka melihat istrinya telah turun dari langit, dan ia ingin menikmati kebersamaannya. Namun, di saat ia hendak mendekatinya, ia teringat tentang jihad dan bertanya, "Apakah ada lagi pertempuran?" Maka dikatakan kepadanya, "Ya, ada." Maka ia kembali bertempur dan terbunuh. Ternyata wanita itu adalah miliknya, tetapi ia tetap lebih memilih perjuangan yang panjang, kesedihan, dan rasa kehilangan.

Seperti kisah seorang yang membunuh jiwanya sendiri. Jika ia melewati malam dalam kemaksiatan, maka esoknya ia bangun dalam keadaan gelisah dan menangis atas dosa-dosanya. Dikatakan kepadanya: "Jika api neraka disebutkan, engkau menangis. Maka mengapa engkau tidak berhenti dari dosamu?"

Lalu Dawud At-Tha'i berkata kepada dirinya sendiri: "Wasiatkan kepadaku!" Maka ia menjawab: "Jauhilah dunia dan anggaplah kematian selalu mendekatimu. Kasihanilah manusia dan jauhilah tempat tidur singamu!"

Syair:


Engkau bahagia dengan nikmat dunia dan tidak mengingat Hari Kiamat.
Tiada gunanya nasihat dan peringatan bagimu.
Bekal perjalananmu semakin berkurang, sedangkan engkau semakin bertambah lalai.
Tidakkah engkau sadar bahwa engkau adalah orang yang tertipu?
Sungguh, engkau seperti orang yang tertidur nyenyak, dan kelalaiannya semakin bertambah.
Seolah-olah mereka menambah bekal, sedangkan engkau semakin kehabisan bekal!

*"Ya Allah, kami memohon kepada-Mu dengan rahmat-Mu yang dengannya Engkau membimbing orang-orang yang taat, sehingga mereka bangkit untuk menaati-Mu, dan Engkau anugerahkan kepada orang-orang yang bermaksiat setelah mereka sadar.

Ya Allah, satukan hati kami dengan keindahan perhatian-Mu, hidupkan mereka dengan kelembutan dan perlindungan-Mu, dan jangan jadikan kematian kami sebagai hukuman atas dosa-dosa kami serta hilangnya kemuliaan-Mu.

Ya Allah, jadikan kami termasuk orang-orang yang memperoleh manfaat dari kitab-Mu, terangilah hati kami dengan cahayanya, serta ampunilah kami, kedua orang tua kami, seluruh kaum muslimin yang masih hidup maupun yang telah wafat, dengan rahmat-Mu, wahai Tuhan Yang Maha Pengasih dari semua yang pengasih."*


KEUTAMAAN PUASA RAMADHAN


Keutamaan Puasa Ramadhan


Segala puji bagi Allah yang mensyariatkan hukum-hukum dan menjelaskan aturan-aturan, serta mengkhususkan bulan Ramadhan di antara bulan-bulan lainnya dengan kewajiban berpuasa. Dalam bulan ini, Allah menjelaskan halal dan haram, dan mewajibkan kepada hamba-Nya untuk menahan diri dari segala yang membatalkan puasa, meninggalkan kesia-siaan, serta menghindari perbuatan yang bertentangan dengan tujuan puasa.


Allah telah menciptakan manusia sesuai dengan kehendak-Nya, dan Dia mengatur kehidupan makhluk-Nya sesuai dengan kebijaksanaan-Nya. Di antara tanda-tanda kebesaran-Nya adalah penciptaan makhluk dengan hikmah dan keindahan. 

Dia memberi keistimewaan kepada manusia dengan akal dan pemahaman, serta memberikan petunjuk dengan wahyu-Nya. 

Allah memilih siapa yang Dia kehendaki untuk menerima risalah-Nya dan mengangkat derajat orang yang dikehendaki-Nya.

Dan Dia memudahkannya untuk mendapatkan sebab-sebab karamah, dan Dia adalah yang paling mengetahui dalam memilih hamba-hamba-Nya untuk tugas tertentu serta memberikan tempat khusus kepada mereka.

Dia membagi keutamaan di antara makhluk-Nya: ada yang dimuliakan, dan ada yang dihinakan; ada yang didekatkan, dan ada yang dijauhkan; ada yang diangkat, dan ada yang direndahkan. Ini semua adalah bagian dari kehendak-Nya dan kebijaksanaan-Nya. 

Dan Dia-lah yang Maha Terpuji dalam semua keputusan dan perbuatan-Nya. Segala puji bagi-Nya atas segala kebaikan-Nya serta karunia-Nya yang agung.

Kesempurnaan tauhid adalah keyakinan bahwa tidak ada tuhan selain Allah, yang Esa, tiada sekutu bagi-Nya dalam rububiyah dan uluhiyah-Nya. 

Dan kesempurnaan iman adalah bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, yang cahaya ketuhanannya bersinar di alam setelah kegelapan. Dengan perantaraan beliau, Islam mencapai kesempurnaan sejak awal dakwahnya. 

Semoga Allah mencurahkan shalawat dan salam kepada beliau, keluarganya, sahabatnya, serta para pengikutnya.

Allah Ta’ala berfirman: 

‘Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.’ (QS. Al-Baqarah: 183)

Ayat ini adalah perintah untuk berpuasa, yang merupakan sarana untuk menahan diri dari kesenangan duniawi, termasuk makanan, minuman, serta hal-hal lain yang membatalkan puasa. 

Allah juga berfirman:

 ‘Bulan Ramadan adalah bulan yang di dalamnya diturunkan Al-Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia.’ (QS. Al-Baqarah: 185)

Bulan Ramadan diwajibkan atas umat Islam sebagai bagian dari rukun Islam. Puasa ini pertama kali diwajibkan pada tahun kedua hijriyah, sebagaimana disebutkan dalam riwayat yang sahih dari Rasulullah ﷺ.

Puasa bertujuan untuk melemahkan kekuatan syahwat agar seseorang tidak hanya mencari kesenangan duniawi, tetapi lebih berfokus pada ibadah kepada Allah. Ia juga berfungsi untuk menahan hawa nafsu, mengingatkan orang akan penderitaan fakir miskin, serta menyucikan hati dan jiwanya dari godaan setan."

Puasa adalah menahan diri dari dorongan hawa nafsu dalam segala bentuk kenikmatan dan kesenangannya. Dengan itu, setiap anggota tubuh dan setiap kekuatan dalam diri manusia menahan kebiasaan dan kesenangannya. Maka, mereka yang berpuasa adalah pasukan keutamaan, barisan orang-orang mulia, dan kelompok orang-orang beruntung.

Puasa adalah warisan para nabi dan orang-orang saleh. Ia merupakan pendidikan bagi jiwa dan latihan bagi akhlak. Ia termasuk dalam bentuk ketaatan yang paling utama.

Sesungguhnya, menahan diri dari syahwat dan makanan serta minuman demi menaati perintah Allah dan mencari keridhaan-Nya adalah salah satu jalan untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Ia merupakan langkah dalam perjalanan menuju surga dan jalan menjauhi segala keburukan yang nyata.

Adapun orang yang menahan makan dan minumnya serta syahwatnya hanya demi kesehatan, kebugaran, atau hal-hal duniawi lainnya, maka ia tidak memperoleh faedah dari puasanya kecuali sebatas hal-hal tersebut. Ia tidak mendapatkan pengaruh luar biasa dari hakikat puasa.

Bagi orang yang memiliki kesadaran sejati tentang makna puasa, ia memahami bahwa puasa menjaga hati dan anggota badan dari keburukan. Ia menjauhkannya dari syahwat yang merusak. Maka, puasa adalah salah satu bentuk ketakwaan yang paling agung.

Maksudnya, manfaat puasa sangat besar, karena ia dapat menghilangkan kebiasaan buruk serta akhlak yang tercela. Syariat menetapkan puasa sebagai rahmat bagi hamba-hamba-Nya dan kebaikan bagi mereka. Dengan puasa, jiwa menjadi tertata, syahwat menjadi terkendali, dan dosa-dosa dapat dijauhi.

Oleh karena itu, puasa diwajibkan dalam Islam agar manusia dapat berpindah dari kehidupan yang dipenuhi hawa nafsu menuju kehidupan Islam yang lebih sempurna dengan bertahap.

Syair

Puasa berbicara kepadamu jika engkau berakal,
Memujimu dalam kebaikan yang tak terbatas.

Ia mengajarkanmu kesabaran di siang hari,
Dan bahwa kehormatanmu terjaga dalam kesucian.

Ia datang kepadamu sebagai kekasih yang menghibur,
Seperti air yang menyirami taman yang gersang.

Seandainya Ja'far bin Muhammad masih hidup,
Ia pasti akan memujinya dengan kata-kata yang indah.

Jika engkau di dunia ini berada dalam kelalaian,
Maka puasa datang untuk menyelamatkanmu dari dosa.

Maka taatlah kepadanya dengan penuh kerelaan,
Sebab bagimu ada kebaikan dan kebahagiaan yang kekal.

Diriwayatkan dari Sahal ibnu Said Radhiyallahu anhu dari Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

"Sesungguhnya di surga terdapat sebuah pintu yang disebut Ar-Rayyan. Pada hari kiamat, orang-orang yang berpuasa akan masuk melalui pintu itu, dan tidak ada seorang pun selain mereka yang masuk melaluinya. Jika mereka telah masuk, maka pintu itu akan ditutup, sehingga tidak ada seorang pun yang dapat masuk setelah mereka."

(Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim).

Diriwayatkan juga dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu bahwa Nabi ﷺ bersabda: 

"Barang siapa yang menghidupkan malam Lailatul Qadar dengan iman dan mengharap pahala, akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. Dan barang siapa yang berpuasa Ramadhan dengan iman dan mengharap pahala, akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu." 

Dalam riwayat An-Nasa'i: 

"Barang siapa yang berpuasa Ramadhan dengan iman dan mengharap pahala, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu dan yang akan datang."

Diriwayatkan dari Abu Sa'id Al-Khudri Radhiyallahu anhu, dari Rasulullah ﷺ bahwa beliau bersabda: 

"Barang siapa yang berpuasa Ramadhan dan mengetahui batas-batasnya serta menjaga apa yang seharusnya dijaga, maka itu akan menjadi penebus bagi dosa-dosa sebelumnya." (Diriwayatkan oleh Ibn Hibban dan At-Tahawi).

Ungkapan dalam hadis Abu Hurairah: 'dengan iman dan mengharap pahala' maksudnya adalah dengan niat dan keyakinan yang mantap, bukan karena kebiasaan atau keterpaksaan.

 Ia berpuasa dengan harapan mendapatkan pahala dari Allah dan tidak merasa berat menjalaninya, serta tidak menganggap puasanya sebagai beban. Oleh karena itu, hendaklah kalian memanfaatkan panjangnya hari-hari ini untuk memperbesar pahala. 

Wahai para hamba Allah, berpuasalah dengan ikhlas karena Allah, dan shalatlah di malam-malam yang gelap. Isilah waktu-waktu utama dengan sedekah dan kebajikan, serta ikutilah petunjuk Allah agar kalian mendapatkan hidayah.

Diriwayatkan oleh Abu Ya'la dan Ath-Thabarani dari Ibn Abbas Radhiyallahu  anhuma bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:

 "Sesungguhnya surga berhias untuk menyambut bulan Ramadhan dari tahun ke tahun. Ketika Ramadhan tiba, surga berkata: 'Ya Allah, jadikanlah di bulan ini sebagian dari hamba-hamba-Mu sebagai penghuniku.'"

Beliau juga bersabda: 

"Jika malam pertama Ramadhan tiba, Allah berfirman: 'Ya Allah, jadikanlah untuk kami di bulan ini sebagian dari hamba-hamba-Mu sebagai penghuni surga.'"

Nabi ﷺ bersabda: 

"Barang siapa yang menjaga lisannya dari perkataan dusta, tidak menyakiti seorang mukmin, dan tidak melakukan dosa selama Ramadhan, maka Allah akan menjadikannya memiliki seratus bidadari di surga. Ia juga akan diberikan sebuah istana yang terbuat dari mutiara, yaqut, dan zamrud. Seandainya dunia ini seluruhnya dibuat dari perhiasan tersebut, maka dunia akan tampak tidak berarti dibandingkan dengannya."

"Wahai orang yang tidur terlalu lama! Sesungguhnya engkau sedang lalai dari hari-hari yang berharga. Jauhilah kerakusan terhadap makanan, karena ia dapat mengeraskan hati dan menghalangi dari kebaikan."

Tinggalkan kesenangan dari makanan, dan dengarkan seruan Raja yang Maha Mulia:


"Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa."

Wahai orang yang sakit hatinya, tidak ada obat yang lebih bermanfaat bagimu selain puasanya.
Bulan ini adalah bulan kasih sayang, maka sambutlah ia dengan penuh kegembiraan.
Barang siapa yang menjauhkan diri dari kebodohan dan kesia-siaan, ia akan mendapatkan petunjuk.


Allah berfirman: 

"Puasa adalah untuk-Ku, dan Aku yang akan memberikan balasannya."

Dimana orang yang berpuasa?
Bulan ini adalah bulan ibadah dan penghambaan, bulan kehadiran di mihrab dan membaca kitab suci.
Pada bulan ini, pintu surga dibuka, dan semua pintu neraka ditutup, serta para setan dirantai.


Firman Allah: 

"Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa."

Bulan ini adalah bulan kesabaran, seakan-akan ia memisahkan matahari dari bayangannya.
Bulan ini adalah bulan yang di dalamnya manusia menjaga diri dari najis dan segala kotoran, serta menjauhi hal-hal yang haram.
Bulan ini adalah bulan ibadah, di dalamnya rukuk dan sujud ditegakkan, kebaikan ditebarkan kepada semua orang.
Orang yang gemar beribadah pada bulan ini akan menjadi seperti orang yang menjauhi makanan.


Firman Allah: 

"Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa."

Pada bulan ini, para setan dikekang, sehingga manusia bisa lebih mengenali nilai agama.
Pada bulan ini juga, kemaksiatan dan keburukan dikurangi.
Bulan ini adalah bulan kemenangan dan keberkahan, bulan cahaya dan kebahagiaan, bulan di mana lampu-lampu masjid menyala, dan orang-orang beribadah di dalamnya.
Bulan ini adalah bulan pengampunan dosa dan penghapusan kesalahan.
Hati menjadi lebih bersih, dosa-dosa dihapus, dan orang-orang menjauhi tempat-tempat maksiat.


Firman Allah:

  "Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa."

Syair:

Bagaimana mungkin rumah ini tetap kosong dari kehangatan,
Sementara para pejalan telah menyalakan api unggun,
Tanda luka hatiku begitu lama tertahan,
Sedangkan selainku telah menikmati tidur nyenyak.


Allah Ta’ala berfirman:

  "Bersegeralah kalian menuju ampunan dari Tuhan kalian, dan menuju surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang bertakwa."
Dan Allah juga berfirman: "Ketika mereka memasukinya, mereka akan disambut dengan salam sejahtera, lalu mereka pun kekal di dalamnya."


Serta firman-Nya:

  "Surga 'Adn yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa."

Diriwayatkan dari Sahl bin Sa'd, dan dalam beberapa riwayat lainnya disebutkan bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:
"Di dalam surga terdapat delapan pintu, salah satunya disebut Ar-Rayyan, yang hanya dimasuki oleh orang-orang yang berpuasa. Tidak ada yang masuk melalui pintu itu selain mereka. Jika mereka telah masuk, maka pintu itu akan ditutup dan tidak ada lagi yang masuk setelah mereka."

Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:


"Barang siapa yang menginfakkan dua pasang harta di jalan Allah, maka dia akan dipanggil dari pintu-pintu surga. Dan surga memiliki beberapa pintu, maka siapa yang termasuk ahli shalat akan dipanggil dari pintu shalat. Siapa yang termasuk ahli sedekah akan dipanggil dari pintu sedekah. Siapa yang termasuk ahli puasa akan dipanggil dari pintu Ar-Rayyan. Dan siapa yang termasuk ahli jihad akan dipanggil dari pintu jihad."

Maka Abu Bakar berkata: "Wahai Rasulullah, adakah seseorang yang dipanggil dari semua pintu itu?" 

Rasulullah ﷺ menjawab: "Ya, dan aku berharap engkau termasuk salah satu dari mereka."

Diriwayatkan dari Umar bin Khattab bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:
"Tidaklah salah seorang dari kalian berwudhu dengan sempurna, lalu mengucapkan: Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, kecuali akan dibukakan baginya delapan pintu surga, dan dia dapat masuk dari pintu mana pun yang ia kehendaki."

Diriwayatkan oleh Muslim.

Diriwayatkan oleh Ahmad dan At-Tirmidzi dari Uqbah bin Amir Al-Juhani bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:
"Tidaklah seorang hamba yang muslim meninggal dunia lalu ia meninggalkan tiga anak yang belum baligh, kecuali ia akan dimasukkan ke dalam surga melalui pintu mana saja yang ia kehendaki."

Diriwayatkan oleh At-Thabrani dan Al-Baihaqi dari Abdurrahman bin Auf bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:
"Jika seorang wanita menjaga shalat lima waktu, berpuasa pada bulannya (Ramadhan), menjaga kemaluannya, dan menaati suaminya, maka dikatakan kepadanya: 'Masuklah ke dalam surga dari pintu mana saja yang engkau kehendaki.'"

Hadis ini dinilai hasan.

Maka sepatutnya bagi seorang wanita yang menginginkan apa yang ada di sisi Allah, takut akan azab-Nya, serta berharap pahala dan ampunan-Nya, untuk menjaga shalat lima waktu dengan sempurna, menjaga kesucian dan kebersihan dirinya.

Puasa Ramadan memiliki adab-adab yang perlu diperhatikan, di antaranya adalah menjauhi segala sesuatu yang dapat membatalkannya atau mengurangi pahalanya, serta menjaga diri dari perbuatan haram dan kerusakan moral.

Disebutkan dalam sebuah riwayat bahwa penghuni neraka disiksa akibat keluarnya kemaluan mereka dalam perbuatan zina. Azab bagi pelaku zina adalah dikumpulkan dalam keadaan telanjang pada hari kiamat, sementara api menyala-nyala di sekitar mereka, membakar dan menyiksa mereka.

Seorang istri hendaknya berusaha menjaga keridhaan suaminya, serta tidak berbuat sesuatu yang dapat menyakitinya. Jika ia melakukannya, maka ia termasuk orang yang berdosa.

Diriwayatkan bahwa ada seorang wanita yang menyakiti suaminya, lalu para malaikat dan manusia melaknatnya. Oleh karena itu, siapa saja yang menginginkan surga harus melakukan amal yang membawanya ke sana.

Imam Ahmad meriwayatkan dari Mu’adz bin Jabal bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:


"Kunci surga adalah La ilaha illa Allah."

Hadis ini juga terdapat dalam Shahih Bukhari. Namun, Wahb bin Munabbih mengatakan bahwa kunci itu memiliki gigi-gigi (yakni syarat-syarat). 

Jika seseorang datang dengan kunci yang benar, maka pintu surga akan dibukakan untuknya. Jika tidak, maka pintu itu tidak akan dibuka.

Diriwayatkan bahwa Ghunnah bin Qais pernah berkhutbah dan menyebutkan bahwa antara dua tiang dari lampu-lampu surga terdapat jarak perjalanan 40 tahun. Pada hari kiamat, seorang munafik akan dihukum dalam neraka selama 40 tahun.

Dikeluarkan dalam dua kitab sahih dari hadis Abu Hurairah bahwa Nabi ﷺ bersabda:
"Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sesungguhnya jarak antara dua pintu surga adalah seperti antara Makkah dan Hajar – atau antara Hajar dan Makkah."
Dalam riwayat lain disebutkan, "Seperti antara Makkah dan Busra."

Al-Hasan berkata:
"Nabi Adam عليه السلام menangis selama seratus tahun ketika diturunkan dari surga, hingga air matanya mengalir membentuk sungai-sungai di bumi. Maka Allah menumbuhkan dari air matanya lembah Adim, Dārisīn, dan Falafl. Kemudian Jibril عليه السلام datang kepadanya dan berkata: 'Wahai Adam, angkatlah kepalamu, karena dosamu telah diampuni.' Lalu Adam mengangkat kepalanya dan mendatangi Ka’bah, lalu bertawaf di sekelilingnya selama seminggu, dan ia terus menangis hingga air matanya membasahi sekelilingnya."

Asbat berkata: "Seandainya tangisan penduduk bumi dibandingkan dengan tangisan Adam عليه السلام, niscaya tangisan Adam lebih banyak."

Syair:


Hatimu menetap di tempat cinta saat engkau jatuh dalam nafsu,
Tiada cinta kecuali bagi kekasih pertama.

Betapa banyak tempat di bumi yang ditempati seorang pecinta,
Namun tetap rindunya hanya pada tempat tinggal yang pertama.

Betapa besar kelembutan dan kebijaksanaan Allah dalam menurunkan Adam ke bumi!
Seandainya bukan karena pemberontakannya, jihad para mujahid tidak akan tampak.
Tidak akan ada pula kesungguhan para ahli ibadah, tidak akan terdengar nafas para sabar,
Tidak akan mengalir air mata orang-orang yang merintih, dan tidak akan lapar perut orang-orang yang berpuasa.

Wahai Adam, jika engkau merasa terasing dari negeri kedekatan (surga), maka dekatkanlah dirimu dengan menyeru Dzat yang Maha Mengabulkan ketika seorang pemanggil menyeru.
Jika keluarnya engkau dari surga telah mematahkan hatimu, maka aku di sisi orang-orang yang hancur hati.
Sungguh, jika kekasihmu ada di langit, maka langit para merindu ada di hatimu.
Maka tinggallah di bumi dengan hati seorang perindu!

Di manakah para perindu?
Di manakah orang-orang yang merindukan Allah?
Di manakah orang-orang yang mencintai-Nya sehingga mereka selalu hidup dengan kemurnian?
Di manakah orang-orang yang merasa terhibur dalam keterputusan, dalam kehancuran, dan dalam kefakiran?
Seandainya mereka tidak berbuat dosa, maka Allah akan membawa kaum yang berdosa lalu mereka beristighfar, dan Allah pun mengampuni mereka.

Maha Suci Tuhan yang apabila Dia menginginkan sesuatu, maka sesuatu itu terjadi!
Maha Suci Tuhan yang mendekat kepada mereka dan memperkenalkan diri-Nya kepada mereka tanpa ada perantara!

Ya Allah, wahai yang mencintai orang-orang yang bertaubat!
Wahai yang menghibur orang-orang yang rindu!
Wahai yang menenangkan orang-orang yang putus asa!
Wahai yang takut kepada-Nya, jadikan kami termasuk wali-wali-Mu yang shadiqin (jujur)!
Wahai Allah, amankanlah ketakutan kami pada hari kebangkitan dan perhitungan,
Hiburkanlah kesepian kami di dalam kubur, dan mudahkanlah urusan kami!

Ya Allah, ampunilah dosa kami sebelum anggota tubuh kami bersaksi atasnya, sebelum hati kami mengungkapkannya, dan sebelum pendengaran kami mendengarnya. Engkaulah Yang Maha Penyantun dan Maha Pemurah. Ajarkanlah kepada kami apa yang bermanfaat bagi kami, dan berilah kami manfaat dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami. Limpahkanlah karunia dan anugerah-Mu kepada kami. Ya Allah, ampunilah kami, kedua orang tua kami, serta seluruh kaum Muslimin, baik yang masih hidup maupun yang telah wafat, dengan rahmat-Mu, wahai Yang Maha Pengasih di antara para pengasih.


Senin, 24 Februari 2025

SHOLAT TARAWIH DAN KEUTAMAAN MEMBACA AL-QUR'AN


SHOLAT TARAWIH DAN KEUTAMAAN MEMBACA AL-QUR'AN 


Segala puji bagi Allah yang telah menjadikan malam sebagai tempat beristirahat, menjadikannya sebagai malam yang penuh keberkahan, serta memperingatkan jiwa agar tidak lalai darinya. 

Allah telah menjadikan akibat dari dosa sebagai kegelapan yang mengarah kepada negeri kehancuran abadi dan azab yang menyala-nyala. Dan Allah telah menyiapkan bagi penduduk negeri yang tinggi (surga) berbagai keutamaan dan rahmat-Nya. 

Allah telah menetapkan keutamaan bagi waktu-waktu ibadah, dan menjadikannya sebagai penyempurna peribadatan, penyuci dari berbagai dosa.

Maka celakalah bagi orang yang meremehkan haknya, dan rugilah orang yang tidak memperoleh bagian dari amalnya. Betapa buruknya keadaan orang yang kehilangan malam-malam tersebut karena kelalaiannya, dan betapa malangnya orang yang berpaling darinya. Allah yang Maha Tinggi kekal dalam keagungan-Nya, berkuasa atas segala sesuatu, mendengar segala suara, luas ilmu-Nya meliputi segala sesuatu, serta meliputi seluruh makhluk-Nya dengan ilmu-Nya. Allah telah mengetahui segala yang tersembunyi dan yang tampak, dan telah mendengar semua bisikan. Luaslah pendengaran-Nya terhadap segala suara dan tidak ada sesuatu pun yang samar bagi-Nya.

Maka janganlah engkau bertanya tentang perbedaan bahasa, karena segala sesuatu bagi-Nya itu sama. Setiap yang kecil bagi-Nya adalah besar, dan setiap yang besar bagi-Nya adalah kecil. Setiap yang jauh bagi-Nya itu dekat, dan setiap yang dekat bagi-Nya itu jauh. Segala urusan berada dalam kekuasaan-Nya, dan segala perkara kembali kepada-Nya. Dialah yang mengetahui segala sesuatu, yang menetapkan hukum, yang memberi keputusan, serta yang paling berhak untuk ditaati.

Dialah yang mengganti keburukan dengan kebaikan bagi hamba-hamba-Nya, serta mengampuni kesalahan-kesalahan mereka. 

Maha Suci Allah yang ketika firman-Nya menyentuh hati hamba-hamba-Nya, mereka pun merasakan keagungan-Nya, tunduk kepada perintah-Nya, dan bertakwa kepada-Nya. 

Allah telah menyucikan hati mereka, meneguhkan amal mereka, menempatkan mereka dalam kemuliaan-Nya, serta menolong mereka dalam berbagai keadaan. 

Allah telah membimbing mereka dalam menaati-Nya, serta memberi petunjuk kepada mereka dari jalan yang tersesat.

Maka betapa meruginya orang yang mendengar seruan ini tetapi tetap dalam kesesatan, serta betapa celakanya orang yang tetap dalam kemaksiatan meskipun telah diingatkan.

Aku memuji Allah dengan pujian yang banyak, dan aku bersyukur kepada-Nya atas berbagai nikmat yang terus mengalir.

 Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, satu-satunya yang berhak disembah, tidak ada sekutu bagi-Nya, dan tidak ada yang setara dengan-Nya dalam keagungan dan ketuhanan-Nya.

Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, yang merupakan penghulu para nabi, pemimpin para rasul, dan pemegang panji kemuliaan di hari kiamat. 

Semoga Allah melimpahkan salawat kepada beliau, keluarganya, para sahabatnya, serta seluruh pengikutnya yang menempuh jalan petunjuk hingga hari pembalasan.

Dan pintu-Nya terbuka bagi orang-orang yang mengharapkan kebaikan.

Pujian bagi Allah, Dzat yang mengajarkan ilmu kepada para ulama, menjadikan mereka memahami, dan menjadikan mereka lebih tinggi dan lebih utama. 

Dialah yang berfirman:

  "Allah akan mengangkat orang-orang yang beriman di antara kalian dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat."

Maha Suci Dzat yang menorehkan cahaya petunjuk dalam hati para kekasih-Nya, menyinari jalan mereka dengan wahyu-Nya, meninggikan derajat mereka, dan menjauhkan mereka dari segala keburukan serta menjadikan mereka berbeda dari orang-orang bodoh yang lalai. 

Betapa meruginya orang yang tidak mendapatkan anugerah-Nya yang agung ini! Betapa celakanya orang yang berpaling dari nikmat yang mulia ini!

Segala puji bagi-Nya atas nikmat yang berlimpah, dan syukur kepada-Nya atas karunia yang terus mengalir. 

Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, Yang Esa, tiada sekutu bagi-Nya, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya. 

Dialah yang diutus sebagai cahaya bagi manusia, petunjuk bagi orang-orang yang datang kemudian dan terdahulu, serta pemimpin menuju kebaikan.

Allah berfirman: 

"Dan tidaklah Kami menurunkan Al-Qur'an ini kepadamu agar kamu menjadi susah."

Dari Aisyah radhiyallahu 'anha, ia berkata:

  "Janganlah kalian meninggalkan shalat malam, karena Rasulullah ﷺ tidak pernah meninggalkannya. Jika beliau sakit atau lelah, beliau mengerjakannya dengan duduk."

Juga dari Aisyah radhiyallahu 'anha, bahwa Rasulullah ﷺ suatu malam keluar ke masjid dan mengerjakan shalat. Orang-orang pun berkumpul dan ikut shalat bersamanya.Kemudian orang-orang berkumpul semakin banyak pada malam ketiga, lalu Rasulullah ﷺ keluar dan mereka melaksanakan shalat bersamanya. Maka semakin banyak orang yang berkumpul pada malam keempat, namun Rasulullah ﷺ tidak keluar kepada mereka. Ketika beliau keluar untuk shalat subuh, beliau bersabda:

 "Sesungguhnya aku telah mengetahui keadaan kalian tadi malam, tetapi aku khawatir shalat ini akan diwajibkan atas kalian, sehingga kalian tidak mampu melaksanakannya."

Dan Rasulullah ﷺ biasa bersabda:

 "Barang siapa yang mendirikan shalat di bulan Ramadan dengan iman dan mengharapkan pahala, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu."

Perkara ini tetap seperti itu sampai pada masa kekhalifahan Abu Bakar dan awal kekhalifahan Umar bin Khattab.

Dari Abdurrahman bin Abdul Qari: 

"Pada suatu malam di bulan Ramadan, aku pergi ke masjid bersama Umar bin Khattab. Kami melihat orang-orang terpisah-pisah; ada yang shalat sendirian, dan ada yang shalat dengan beberapa orang yang mengikuti shalatnya. Lalu Umar berkata, 'Aku melihat bahwa jika mereka dikumpulkan di bawah satu imam, tentu lebih baik.' Kemudian beliau mengumpulkan mereka dengan Ubay bin Ka'ab sebagai imamnya.

Pada malam berikutnya, aku pergi ke masjid bersama Umar, dan kami melihat orang-orang shalat di bawah satu imam. Umar pun berkata, 'Sebaik-baik bid’ah adalah ini. Namun, shalat yang mereka tinggalkan untuk tidur lebih utama daripada yang mereka laksanakan,' maksudnya shalat malam di akhir malam lebih utama daripada di awal malam. Dahulu, orang-orang melaksanakan shalat tarawih pada awal malam."

Ketahuilah bahwa shalat tarawih merupakan sunnah muakkadah yang dikerjakan Rasulullah ﷺ di bulan Ramadan. 

Beliau tidak selalu melakukannya bersama para sahabatnya karena khawatir akan diwajibkan atas mereka. 

Setelah itu, di masa Umar bin Khattab, shalat tarawih dijadikan sebagai satu jamaah dengan seorang imam. Seperti halnya ia menjadikan Ubay bin Ka'ab sebagai imam, dan seperti ia menjadikan Ali sebagai imam bagi laki-laki dan seorang imam lain bagi perempuan. Oleh karena itu, seseorang hendaknya menjaga shalat ini.

Dari Abu Dzar, bahwa Rasulullah ﷺ mengumpulkan keluarganya dan para sahabatnya, lalu bersabda: 

"Sesungguhnya siapa yang berdiri bersama imam sampai ia selesai, maka akan dicatat baginya pahala shalat semalam suntuk."

Sampai imam menoleh sehingga orang yang hadir mengetahui bahwa shalat telah selesai. Hadis ini diriwayatkan oleh Ahmad dan dinilai sahih oleh at-Tirmidzi.

Disunnahkan agar shalat witir menjadi akhir dari shalat malam seseorang, dan dianjurkan untuk mengqadhanya di siang hari jika tertinggal. 

Hendaknya seseorang membaca Al-Qur’an setiap malam sesuai kemampuannya dan menjadikannya sebagai penutup harinya. Hal ini sebagaimana beberapa malam yang lebih utama daripada malam-malam lainnya, seperti Lailatul Qadr yang lebih baik dari seribu bulan. 

Para ulama salaf, karena kasih sayang mereka, selalu membimbing manusia menuju kebaikan dan tidak memotong kebaikan tersebut dari mereka. Sebab, jika kebaikan terputus, maka manusia akan kehilangan banyak keutamaan yang ada di sisi Allah.

Kemudian, dianjurkan bagi imam untuk menunaikan shalat dengan sempurna, tidak terlalu meringankan hingga mengabaikan banyak sunnah, dan tidak terlalu memanjangkan hingga memberatkan makmum. Sebab, banyak orang yang meninggalkan shalat berjamaah karena hal ini. Ketika seseorang memperpanjang shalatnya, ia bisa melakukannya dalam shalatnya sendiri, bukan dalam shalat berjamaah. Imam harus mempertimbangkan kelemahan makmum, seperti orang yang sudah tua, orang yang memiliki kebutuhan mendesak, dan lain sebagainya.

Bacaan dalam shalat harus seimbang sehingga tidak memberatkan makmum. Jika imam membaca panjang, hendaknya ia memberikan kesempatan bagi makmum yang ingin menyelesaikan shalatnya setelah dua rakaat dengan mengucapkan salam. 

Hal ini untuk memudahkan mereka dan tidak membuat mereka kesulitan dalam mengikuti shalat berjamaah. Jika imam terbiasa membaca panjang, maka hendaknya ia tidak menjadikan hal itu sebagai kebiasaan yang memberatkan jamaahnya.

Hendaknya imam dan makmum sama-sama menjaga kekhusyukan, ketenangan, dan kehadiran hati dalam shalat. Mereka tidak boleh tergesa-gesa dalam gerakan shalat, baik dalam rukuk, sujud, maupun bacaan shalat. Mereka juga harus menjaga diri dari gangguan setan yang berusaha membuyarkan shalat mereka. Hal ini termasuk dalam adab-adab shalat yang seharusnya diperhatikan oleh setiap muslim.

Maka wajib atas imam untuk bertakwa kepada Allah Ta’ala dan takut kepada-Nya dalam urusan para makmum, karena Allah adalah pengawas atas mereka. 

Dan bagi makmum, jika imamnya memiliki sifat amanah, maka ia akan mendapat nasihatnya. Jika ia enggan untuk shalat di belakang imam selainnya, maka ketika seseorang pergi ke pasar dan membeli makanan dari orang lain dan memberikannya kepada keluarganya, jika ia mengetahui bahwa makanan tersebut tidak sempurna, maka ia tidak akan memberikannya kepada orang lain. 

Maka bagaimana dengan urusan agama dan amal? Kita memohon kepada Allah Ta’ala agar menanamkan dalam diri kita dan kalian kepatuhan terhadap syariat-Nya, perintah-Nya, menjauhi larangan-Nya dan batasan-Nya. 

Allah Ta’ala berfirman:

"Celakalah bagi orang-orang yang shalat."Orang Orang yang lalai dalam shalat nya. "

Para ulama salaf yang saleh, semoga Allah merahmati mereka, dipilih oleh Allah Ta’ala dengan keutamaan dalam shalat.

 Diriwayatkan dari uwais Al Qorni bahwa ia berkata:

 “Sungguh aku akan beribadah kepada Allah seperti ibadah nya para malaikat-Nya, semalaman dalam keadaan berdiri dan ruku’, dan semalaman mereka dalam keadaan bersujud.”


Ali bin Abdullah bin Abbas biasa sujud seribu kali setiap hari. Karena itu, ia disebut "As-Sajjad" (orang yang banyak bersujud).

Warah bin Warah mengikat kedua kakinya dengan rantai agar tidak keluar dari shalatnya. Ini adalah sifat orang-orang yang bersungguh-sungguh. Ini adalah karakteristik orang-orang yang sabar. Maka, lakukanlah perbuatan mereka dan jangan menjadi orang yang tertipu.

Said bin Jubair mengkhatamkan Al-Qur’an dalam dua rakaat di dalam Ka’bah dan menangis hingga ajal menjemputnya. 

Ar-Rabi’ bin Khuthaim, jika tidur, diletakkan di atas ranjangnya seperti mayat yang terbaring, kemudian menangis sepanjang malam. Bulan dan bintang bersamanya dalam tangisan. Ibunya berkata kepadanya: “Anakku, engkau telah membunuh dirimu sendiri dengan tangisan ini.” Ia menjawab: “Ibu, bagaimana aku bisa merasa aman jika aku tidak tahu apakah Allah ridha kepadaku atau murka?”

Muslim bin Yasar tidak terganggu dalam shalatnya, bahkan jika rumahnya runtuh, ia tidak akan menyadarinya. Jika ia shalat, keluarganya berbicara dan tertawa, tetapi mereka tahu bahwa hatinya sedang sibuk dengan Allah. Ia biasa berkata: “Kapan aku akan kembali kepadamu, wahai Tuhan, dan Engkau ridha kepadaku?”

Syair:

Seorang yang berjaga malam untuk Rabb-nya, apa yang menyenangkannya?
Hatinya gemetar karena dosa, sementara air mata mengalir di pipinya.

Tangisan yang tenang menutupi matanya

Air matanya mengalir atas apa yang ia sembunyikan
Wahai Tuhan, betapa banyak dosa yang aku lakukan
Wahai Tuhan, hamba-Mu ini telah melampaui batas, maka ampunilah

Dan kehinaan di pipinya menyala
Seakan-akan raja telah turun ke tanah dan tunduk
Kepadamu, wahai Tuhan yang Maha Pengampun
Sungguh tidak akan turun kehinaan pada diri seseorang, lalu engkau tidak mengangkatnya

Bab: Keutamaan Membaca Al-Qur’an

Dari Abu Dzar Radhiyallahu anhu, ia berkata: Aku berkata, "Wahai Rasulullah, berilah aku wasiat."
Beliau bersabda, "Hendaklah engkau membaca Al-Qur'an, karena sesungguhnya ia adalah cahaya bagimu di bumi dan simpanan bagimu di langit."
(Diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dari hadits panjang).

Dari Ibnu Umar radhiyallahu anhu, dari Rasulullah ﷺ, beliau bersabda:
"Tidak boleh ada iri kecuali dalam dua hal:
(1) Seseorang yang Allah berikan kepadanya Al-Qur'an, lalu ia membacanya siang dan malam, sehingga tetangganya mendengarnya dan berkata, 'Seandainya aku diberikan seperti apa yang diberikan kepada fulan, niscaya aku akan melakukan seperti yang ia lakukan.'
(2) Seseorang yang Allah berikan harta, lalu ia menginfakkannya dalam kebenaran, maka orang lain berkata, 'Seandainya aku diberikan seperti yang diberikan kepada fulan, niscaya aku akan melakukan seperti yang ia lakukan.'"
(Diriwayatkan oleh Bukhari).

Dari Aisyah Radhiyallahu anha, ia berkata: Rasulullah ﷺ bersabda:
"Orang yang membaca Al-Qur'an dengan mahir akan bersama para malaikat yang mulia dan taat, sedangkan orang yang membacanya dengan terbata-bata dan merasa kesulitan akan mendapatkan dua pahala."
(Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim).

Dari Abdullah bin Mas'ud Radhiyallahu anhu, ia berkata: Rasulullah ﷺ bersabda:
"Barang siapa membaca satu huruf dari Kitabullah, maka baginya satu kebaikan, dan satu kebaikan itu dilipatgandakan menjadi sepuluh kali lipat. Aku tidak mengatakan 'Alif Lam Mim' itu satu huruf, tetapi Alif satu huruf, Lam satu huruf, dan Mim satu huruf."
(Diriwayatkan oleh Tirmidzi, ia berkata hadits ini shahih).

Ketahuilah bahwa membaca Al-Qur'an adalah dzikir yang paling utama, karena ia merupakan firman Allah yang paling mulia dibandingkan dengan perkataan makhluk-Nya. Sebagaimana keutamaan Allah atas makhluk-Nya, demikian pula keutamaan firman-Nya atas perkataan makhluk.

Orang-orang yang mendahulukan amal shalih memahami bahwa sebaik-baik ibadah adalah membaca Al-Qur'an. Dahulu para salaf, jika mereka duduk di masjid, mereka berkata:
"Marilah kita mengingat Allah dan membaca Al-Qur'an."

Dan adalah bimbingan Nabi ﷺ dalam membaca Al-Qur'an, bahwa beliau membacanya secara tartil dan tidak terburu-buru. Tidak seperti bacaan yang cepat dan tergesa-gesa, tetapi bacaan yang jelas huruf demi huruf. Beliau berhenti pada akhir ayat dan tidak menyambungnya dengan ayat berikutnya, serta memulai bacaan dengan isti'adzah: "Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk." 

Kadang-kadang beliau mengucapkan: "Aku berlindung kepada Allah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui dari setan yang terkutuk."

Beliau membaca Al-Qur'an dengan penuh penghayatan, memahami maknanya, merenungi kandungannya, dan meresapinya. Beliau tidak membatasi bacaan hanya pada lisan, melainkan juga dengan hati dan akal.

Beliau senang mendengar bacaan Al-Qur'an dari sahabat-sahabatnya, seperti perintah beliau kepada Abdullah bin Mas’ud: "Bacakanlah Al-Qur’an kepadaku!" Maka Abdullah bin Mas’ud pun membacakan Al-Qur'an dan Rasulullah ﷺ mendengarkannya dengan penuh khusyuk hingga air mata beliau berlinang. Demikian pula beliau suka mendengar bacaan dari Abu Musa Al-Asy'ari dan para sahabat lainnya.

Dalam hal adab membaca Al-Qur'an, para ulama menyebutkan bahwa disunnahkan menyelesaikan (khatam) bacaan di awal malam atau awal siang.

Diriwayatkan dari Umar bin Khattab Radhiyallahu anhu, bahwa Nabi ﷺ bersabda: 

"Jika kalian mengkhatamkan Al-Qur'an, maka lakukanlah di awal malam atau awal siang."

Diriwayatkan dari Sa’ad bin Abi Waqqash Radhiyallahu anhu, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:

  "Jika seseorang mengkhatamkan Al-Qur’an di awal malam, maka malaikat akan bershalawat kepadanya hingga pagi. Dan jika mengkhatamkannya di awal siang, maka malaikat akan bershalawat kepadanya hingga sore."

Talhah bin Musharrif berkata:

  "Aku dapati ahli Al-Qur'an lebih senang mengkhatamkan bacaan mereka di awal malam atau awal siang."

Maksud dari hadis-hadis tersebut adalah agar seorang muslim mendapatkan keberkahan doa dari malaikat yang terus bershalawat kepadanya setelah ia mengkhatamkan Al-Qur’an.

Kemudian disebutkan dalam peringatan bagi mereka yang lalai:

"Wahai orang yang lalai dalam salatnya, wahai yang tidur dalam perjuangannya, wahai yang sibuk dengan dunia hingga lupa mengingat Allah! Tidakkah engkau melihat orang-orang yang bangun di malam hari, mereka telah memperoleh keberuntungan, sedangkan engkau tertidur? Mereka bangun dan memperoleh kemenangan, sedangkan engkau masih terlelap dalam kelalaian. Mereka beribadah di malam hari, sedangkan engkau tidur. Mereka menang di siang hari, sedangkan engkau lalai. Akhirnya, engkau seperti orang yang tidak turut serta dalam perjuangan bersama mereka."

Mereka menjaga ilmu mereka, mengamalkannya, dan menjadikannya sebagai jalan hidup mereka. Mereka telah mengikuti jejak orang-orang sebelum mereka, yang Allah firmankan tentang mereka: 

"Mereka sedikit sekali tidur di waktu malam, dan di akhir malam mereka memohon ampunan." (QS. Adz-Dzariyat: 17-18).

Mereka menghindari dosa dan menjauh dari maksiat. Lisan mereka tidak berbicara kecuali dengan kebaikan, hati mereka tenang seperti burung merpati di Masjidil Haram. Mereka beribadah dengan penuh khusyuk, dan dalam salat mereka mereka menangis karena takut kepada Allah. Mereka juga bersujud dan rukuk dengan penuh ketundukan kepada-Nya.

Syair:

Wahai orang yang tenggelam dalam kelalaian dan kesenangan dunia,
Sampai kapan engkau akan membiarkan hatimu terpaut pada keindahannya?
Tidakkah engkau takut pada saat engkau akan berdiri di hadapan Allah,
Lalu dosa-dosamu diungkapkan dan engkau ditimpa kehinaan?
Bagaimana engkau akan selamat jika jalan yang kau tempuh adalah jalan orang-orang yang celaka?
Dan bagaimana engkau ridha menjadi orang yang merugi di hari perhitungan?

Wahai yang sibuk dengan permainan dan kesia-siaan, berpaling dari membaca Al-Qur’an,
Kembalilah sebelum datang hari penyesalan!
Wahai yang tertipu oleh dunia, sadarilah sebelum ajal menjemputmu,
Mintalah ampunan kepada Tuhanmu, sebelum semuanya terlambat.

Syair:

Segala puji bagi-Mu, wahai Tuhan kemuliaan dan ketinggian!
Engkau yang memberi anugerah di kala susah dan senang,
Aku datang kepada-Mu dengan harapan dan ketakutan,
Dan hanya kepada-Mu aku menggantungkan semua urusanku.
Wahai Tuhanku, Engkaulah tempat aku bersandar,
Di tangan-Mu ada kebahagiaan dan keselamatanku.
Jangan biarkan harapanku terputus,
Jangan cabut perlindungan-Mu dariku, wahai Yang Maha Pemurah!


Wahai orang yang berpaling dari Al-Qur’an dan tidak mengamalkannya,
Engkau akan menyesal pada hari yang penuh dengan penyesalan.
Hari di mana orang-orang yang berdosa akan menangisi kesalahan mereka,
Tetapi tidak ada lagi kesempatan untuk kembali.
Maka, bersegeralah dalam melakukan kebaikan selama masih ada waktu,
Mohonlah ampunan kepada Allah, Tuhan yang Maha Pengampun.
Sungguh, Rasulullah adalah rahmat bagi semesta alam,
Maka ikutilah jalannya dan jauhilah apa yang dilarangnya.


Ya Allah, hanya kepada-Mu aku berharap dan berserah diri,
Engkaulah pemilik keagungan dan kemuliaan,
Engkau yang Maha Memberi dan Maha Dermawan,
Siapakah yang bisa menolongku selain Engkau?
Ya Allah, aku mengakui segala dosaku dan kelemahanku,
Aku berada di taman keindahan-Mu,
Sedangkan jiwaku penuh dengan kekurangan dan keburukan.

Ya Allah, janganlah Engkau memutuskan harapanku,
Janganlah Engkau menutup pintu rahmat-Mu bagiku.
Aku hanyalah seorang hamba yang lemah,
Yang selalu berharap akan kasih sayang-Mu.

Ya Allah, bebaskanlah aku dari azab-Mu yang pedih,
Aku takut akan murka-Mu, maka lindungilah aku,
Aku hanyalah seorang hamba yang hina, penuh dengan dosa,
Ampunilah kesalahanku dan bersihkanlah diriku.

Ya Allah, Engkau Maha Pengampun dan Maha Penyayang,
Maka janganlah Engkau tinggalkan aku dalam keadaan hina,
Jangan biarkan aku dalam kebingungan dan kesengsaraan,
Jangan biarkan aku merasakan hukuman yang berat.

Ya Allah, ampunilah dosa-dosa kami,
Maafkanlah segala kesalahan kami,
Lindungilah kaum Muslimin yang masih hidup maupun yang telah wafat,
Dengan rahmat-Mu, wahai Tuhan Yang Maha Pengasih.