Rabu, 16 Juli 2014

PERANG BADAR

» hari kedepan belas «

Alhamdulillah, was sholatu was salamu `ala Rosulillah, wa ba`du;

Dalam bulan yang suci penuh berkah ini Allah Ta`ala telah memberikan kemenangan kepada kaum muslimin dalam pertempuran Badr Kubro melawan musuh kafir dari kalangan musyrikin, yang kemudian dikenal dengan yaumul furqon, dimana Allah Ta`ala telah memisahkan antara kebenaran dan kebathilan, menolong Rasul-Nya dan kaum mukminin, dan menghinakan kafir musyrikin, dan peperangan tersebut terjadi pada bulan Ramadhan tahun kedua hijrah.

Sebab terjadinya peperangan ini dikarenakan Rosulullah sallallahu `alaihi wa sallam mendengar kabar bahwa Abu Sufyan beserta kafilah dagang perjalanan pulang dari negeri Syam menuju Makkah, maka Nabi sallallahu `alaihi wa sallam mengajak para sahabat untuk menghadang dan merampas kafilah tersebut, karena tidak ada perjanjian dan perdamaian antara mereka, dan sebelumnya telah dikeluarkan dari rumah dan tempat kelahiran serta merampas harta harta kaum muslimin dan memerangi dakwah islam.

Maka Nabi beserta para sahabat yang berjumlah 313 bermaksud untuk menghadang kafilah bukan bertujuan perang, akan tetapi Allah Ta`ala berkehendak lain, kaum muslimin dipertemukan dengan pasukan perang Quraish.
Dikarenakan Abu Sufyan mengetahui rencana kaum muslimin sehingga meminta bantuan kepada Quraish agar mendatangkan pasukan perang dan rombongan kafilah berputar arah berjalan menyusuri tepian pantai sehingga tidak bertemu dengan kaum muslimin.

Adapun kafir quraish mempersiapkan pasukan sekitar seribu kekuatan dengan seratus penunggang kuda dan tujuh ratus penunggang onta.

Tatkala rombongan kafilah selamat dari penghadangan kaum muslimin, Abu Sufyan memerintahkan agar pasukan perang kembali dan mengurungkan niat untuk memberikan pengamanan. Akan tetapi abu jahal enggan untuk kembali, dan bertekad menuju Badr dan melakukan tiga aksi, menyembelih onta, berpesta bersama pasukan perang dan minum arak, agar seluruh bangsa arab mengetahui kekuatan Quraish dan senantiasa ditakuti.

Nabi sallallahu `alaihi wa sallam mengetahui keberadaan pasukan perang Quraish dan bermusyawarah dengan para sahabat, "Allah Ta`ala telah menjanjikan antara dua pilihan kelompok, antara kafilah dagang atau pasukan perang !?". Kemudian seorang sahabat Miqdad Bin Al-Aswad lalu berdiri dan berkata : “Ya Rasulullah, teruskanlah apa yang Allah telah perintahkan padamu, Maka kita senantiasa bersamamu. Demi Allah, kita tidak akan berkata kepadamu seperti perkataan kaum Bani Israil kepada Nabi Musa pada zaman dahulu, “Pergilah engkau bersama Tuhanmu, maka berperanglah engkau berdua.  Kita sesungguhnya akan duduk termenung saja”.  Akan tetapi kita berkata kepadamu, Wahai Rasulullah, sekarang “Pergilah engkau bersama Tuhanmu Dan berperanglah, kita sesungguhnya bersertamu ikut berperang.  Demi Allah, jikalau engkau berjalan dengan kita sampai ke desa Barkul Ghamad, niscaya kita berjuang bersamamu, Kita akan berperang bersamamu dari sebelah kanan dan kiri, depan dan belakang".
Ketika itu Rasulullah juga ingin kepastian dari kaum Anshar.  Melihat keadaan itu, Sa’ad Bin Muaz lalu berdiri dan berkata dengan kata-kata yang memberi keyakinan pada Rasulullah sama seperti kaum Muhajirin. Di ikuti pula oleh seluruh Ansor.

Setelah mendengar ungkapan para sahabat, bercahayalah muka Nabi seraya tertampak kegirangannya.  Pada saat itu juga Allah menurunkan wahyunya yang tercatat di Surah Al-Anfal ayat 5-7:
"Sebagaimana Tuhanmu menyuruhmu pergi dan rumahmu dengan kebenaran, padahal sesungguhnya sebagian dari orang-orang yang beriman itu tidak menyukainya.
Mereka membantahmu tentang kebenaran sesudah nyata (bahwa mereka pasti menang), seolah-olah mereka dihalau kepada kematian, sedang mereka melihat (sebab-sebab kematian itu). Dan (ingatlah), ketika Allah menjanjikan kepadamu bahwa salah satu dari dua golongan (yang kamu hadapi) adalah untukmu, sedang kamu menginginkan bahwa yang tidak mempunyai kekekuatan senjatalah yang untukmu, dan Allah menghendaki untuk membenarkan yang benar dengan ayat-ayat-Nya dan memusnahkan orang-orang kafir".
     
Setelah itu, Nabi sallallahu `alaihi wa sallam bersabda pada seluruh sahabat, “Berjalanlah kamu dan bergiranglah kerana sesungguhnya Allah telah memberi janji kepadaku salah satu daripada dua golongan (yaitu Al-Ier dan An-Nafier).  Demi Allah, sungguh aku seakan-akan sekarang ini melihat tempat kebinasaan kaum Quraisy".
Mendengar perintah Rasulullah yang sedemikian itu, segenap kaum muslimin melakukan perjalanan dengan tulus ikhlas dan berangkatlah mereka menuju ke tempat yang dituju oleh Nabi.
Maka tatkala sampai pada suatu tempat maka Nabi sallallahu `alaihi wa sallam berhenti, kemudian sahabat Khobab ibnu Mundzir bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah ini wahyu yang telah di perintahkan atau ini hanya sekedar pendapat yang dapat diubah dan dimusyawarahkan?" Maka Nabi mengatakan bahwa ini hanya sebuah gagasan. Maka Khobab menyarankan agar lebih mendekati sumur Badr.

Kemudian pada malam harinya turun hujan sangat lebat hingga dipihak Quraish menjadikan tempat mereka berlumpur sehingga menyebabkan sulit untuk melakukan persiapan perang. Adapun bagi muslimin menjadikan pasir-pasir memadat hingga mengokohkan kaki-kaki mereka.
Di malam itu Rasulullah tidak henti-henti memanjatkan do’a kepada Allah memohon pertolongan. Untuk menebalkan iman tentaranya dan meneguhkan semangat barisannya, Rasulullah menghadapkan mukanya kepada sahabat sambil memohon kepada Allah, "Ya Allah, kaum quraish telah datang dengan kesombongannya, mereka mendustakan-Mu dan Rasul-Mu, Ya Allah pertolongan-Mu yang telah Engkau janjikan, berikanlah kepada kami kemenangan, sekiranya kami terkalahkan niscaya Engkau tidak lagi diibadahi".
Diriwayatkan di waktu itu, Nabi berulang-ulang memohon kepada Allah sehingga Abu Bakar yang senantiasa berada disisinya telah memegang selendang dan bahu Nabi sambil berkata bahwa Allah akan mengabulkan permintaannya sebagai mana yang telah Allah janjikan.

Allah Ta`ala menurunkan ayat-Nya, "(Ingatlah), ketika Tuhanmu mewahyukan kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku bersama kamu, maka teguhkan (pendirian) orang-orang yang telah beriman". Kelak akan Aku jatuhkan rasa ketakutan ke dalam hati orang-orang kafir, maka penggallah kepala mereka dan pancunglah tiap-tiap ujung jari mereka. (Ketentuan) yang demikian itu adalah karena sesungguhnya mereka menentang Allah dan Rasul-Nya; dan barangsiapa menentang Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya Allah amat keras siksaan-Nya. Itulah (hukum dunia yang ditimpakan atasmu), maka rasakanlah hukuman itu. Sesungguhnya bagi orang-orang yang kafir itu ada (lagi) azab neraka". (QS Al Anfal: 12-14).

Selanjutnya, sebagai kebiasaan bangsa Arab, sebelum berperang maka diantara pahlawan-pahlawannya lebih dulu bertanding dan beradu kekuatan dengan pahlawan musuh. Dipihak kaum Quraisy, tiga pahlawan yang keluar adalah, Utbah Bin Rabi’ah, Syaibah Bin Rabi’ah dan Walid Bin Utbah.  Dan dari tentera Islam ialah, Auf bin Al-Harits, Mu’adz bin Harts dan Abdullah bin Rawahah. Mereka bertiga adalah dari kaum Anshar.

Tetapi kerana kesombongan kaum Quraisy yang merasakan bangsanya lebih baik, tidak mau menerima kaum Anshar, dan meminta Rasulullah mengeluarkan tiga orang pahlawan dari kaum Quraish sendiri. Maka Rasulullah mengeluarkan, Hamzah Bin Abdul Muthalib, Ali Bin Abi Thalib dan ‘Ubadah Bin Al-Harits. Mereka berenam beradu tenaga sehingga akhirnya tentera Quraisy jatuh ketiga-tiganya dan tentera Islam hanya ‘Ubaidah Bin Al-Harits yang syahid. 

Kemudian bertemulah dua pasukan perang saling bertempur dengan sengit, sedangkan Nabi sallallahu `alaihi wa sallam ditemani Abu Bakar dan Saad ibnu Muadz, memberikan semangat kepada para sahabat seraya berkata, "Demi yang jiwaku berada di Tangan-Nya, tidaklah seorang pun yang berperang di hari ini kemudian terbunuh dengan sabar dan tidak meninggalkan medan pertempuran kecuali ia akan mendapatkan surga".

Nabi sallallahu alaihi wa sallam mengambil segenggam tanah dan menebarkannya kearah pasukan musuh hingga mengenai mata mata mereka sementara perang berkecamuk berpuluh-puluh tentara musyrikin menghembuskan nafasnya, melayang jiwanya meninggalkan badannya bergelimpangan di atas tanah bermandikan darah.

Rasulullah pula tidak henti-henti memanjatkan do’a pada Allah memohon kemenangan kaum muslimin.

Pasukan musuh Quraish porak poranda dan sebanyak 70 orang kaum Quraish terbunuh dan 70 yang lain tertawan.  sementara menimpa kaum muslimin 14 sahabat syahid (6 dari Muhajirin dan 8 dari Anshar). Umat Islam mendapat kemenangan dari sebab keteguhan dan ketabahan hati mereka. Bangkai-bangkai kaum musyrikin dilempar dan dikuburkan di dalam sebuah sumur di Badr.

Nabi sallallahu `alaihi wa sallam menghampiri sumur tersebut seraya berkata dengan lantang memanggil nama nama mereka, "Wahai fulan ibnu fulan, bagaimana sekiranya kalian taat kepada Allah dan Rasul Nya?? Bukankah sekarang kalian merasakan janji Allah kepada kalian adalah benar adanya??", maka umar bertanya, "Bukankah mereka telah mati wahai Rasulullah?", maka Nabi sallallahu alaihi wa sallam bersabda, "Demi yang jiwaku berada di Tangan-Nya, sungguh mereka lebih mendengar dari pada kalian!!".

Rasulullah kemudian bermusyawarah dengan para sahabat tentang nasib tawanan Badar.  Maka umar menyatakan agar dibunuh, kerana mereka telah ingkar dengan Allah dan mengusir kaum Muhajirin dari Makkah.
Abu Bakar mengisyaratkan agar menerima tebusan dengan harapan mudah-mudahan mereka akan insaf dan tertarik dengan Islam.  Setelah berbincang, mereka akhirnya mengambil keputusan untuk melepaskan mereka dengan mengenakan tebusan sekadar yang sepatutnya melihat keadaan masing-masing. Antara 4000 dirham dan 1000 dirham.  Bagi yang miskin tetapi memiliki pengetahuan membaca dan menulis maka diperintahkan supaya mengajar sepuluh orang anak-anak dari kaum muslimin. Mereka semua dibebaskan apabila tebusan telah dibayar atau kanak-kanak itu telah pandai. Dan sebagian diberikan hukuman mati dikarenakan gangguannya pada kaum muslimin sangat banyak dan dahsyat.

Pelajaran yang kita petik dari peperangan ini adalah kemenangan kelompok yang sedikit melawan musuh kafir yang jumlahnya berlipat, kemenangan tersebut diraih karena tegar di atas agama dan berjuang untuk Islam, maka jikalau kita menghendaki suatu kemenangan dan kejayaan sepantasnya kita berpegang teguh dengan agama islam nan suci ini.

Semoga Allah memberikan kemenangan kepada kaum muslimin diseluruh penjuru dunia dan menjadikan kita bersatu di atas agama islam yang murni dan menyatukan hati-hati kaum muslimin untuk meninggikan kalimat Allah sehingga tetap berjaya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar